Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Mengapa Pria Tampan Itu Mengajakku ke Multazam?

Thursday, June 15, 2023 | 08:54 WIB Last Updated 2023-06-15T02:13:08Z
Multazam merupakan tempat yang mustajab untuk berdoa. (getty images)



Oleh Darini Rini 


Tulisan ini merupakan jawaban dari Darini Rini atas pertanyaan "Pengalaman spiritual apa yang kamu alami ketika ibadah haji atau umroh?" yang dimuat di Quora. Banyak jawaban menarik lain dari Quorawan atau Quorawati. Dan mungkin pembaca Hajimakbul.com juga punya pengalaman menarik saat ibadah haji atau umroh. Silakan posting di media ini. Tulisan ini dimuat dengan sedikit editing tanpa mengubah alur dan makna cerita:


PENGALAMAN umroh sangat berkesan dan luar biasa bagi saya. Di sini saya memberanikan diri mengungkapkan perjalanan spiritual saya semoga pembaca bisa terbuka hatinya dan dipanggil Allah untuk menjalankan ibadah haji dan umroh. 


Saya mendaftar umroh terkesan sangat mendadak. Saat itu saya berangkat kerja. Ketika dalam perjalanan saya melihat keberangkatan jamaah haji, hati saya bergetar. Saat itu saya sedang bersedih dan galau karena batal menikah. 


Pulang dari kerja saya langsung mengutarakan niat untuk umroh pada ibu saya. Tak tega berangkat sendiri, ibu pun ikut menemani saya. Begitu juga bibik saya, ikut berumroh. 


Pertama sampai di Madinah. Kejadian menakutkan terjadi. Satu koper saya masih tertinggal di loby, sehingga saya harus turun ke loby sendiri. Ketika menaiki lift, seorang karyawan hotel juga masuk dan menggoda saya. Dia minta nomor HP, dan bilang saya cantik. Sungguh sangat takut berdua di lift tidak ada orang lain. 


Saya berdoa agar Allah melindungi saya. Alhamdulillah sampai di lantai 12 saya keluar dari lift. Sejak itu saya tak berani jalan sendiri. 


Kemudian hari kedua, pulang dari Raudah, tas sandal saya dibawa kawan satu kamar. Kami terpisah saat keluar dari Raudah. Akhirnya saya berjalan hanya pakai kaus kaki, hingga ke sebuah toko di depan masjid, saya membeli sendal yang sangat bagus berwarna merah muda, warna favorit saya. 


Masih di Madinah, hari terakhir, seekor kucing tiba-tiba menghampiri saya. Dia sangat manja. Kucing itu diam saat saya elus-elus. Saya selalu mengaitkan apa yang terjadi di Madinah ini dengan hidup saya. Saya memang suka dengan kucing, suka dengan warna pink, dan di sini saya dulunya sering digoda pria-pria saat saya jalan. Ada yang menyapa saya cantik atau sekedar suit. Tapi saya tak pernah meladeni godaan pria-pria itu hingga saya memutuskan untuk berhijab. Barulah saya tidak lagi mendapat perlakuan seperti itu saat saya jalan sendiri.


Kemudian di Makkah, sungguh luar biasa. Dari awal sebelum berangkat, sudah terpatri di dalam hati bahwa selama di Makkah aktivitas saya hanya untuk ibadah. Dan saya selalu berdoa agar bisa menyentuh Kakbah dan Hajar Aswad. 


Setiap malam kami turun dari hotel pukul 01.00 dini hari, sampai Subuh. Malam itu, begitu sampai di Masjidil Haram, kami melakukan Tawaf sunnah. Setelah itu saya menggandeng ibu saya, dan dua saudara saya yang sudah berumur mendekati Kakbah. Luar biasa sekali bisa bersandar di dinding Kakbah seraya berdoa. 


Menyentuhnya membuat seluruh jiwa dan raga bergetar dan damai. Ini adalah tempat terindah yang pernah aku datangi tak ada yang menandinginya. 


Setelah itu kami berupaya mendekati Multazam dan Hajar Aswad. Namun begitu banyak orang di sana. Kami berdiri di depan Kakbah seraya berdoa meminta kemudahan pada Allah. Saya dan ibu saya berupaya berjalan perlahan di tengah kerumunan orang, namun doa betul-betul mustajab, Allah memberikan kelapangan dan jalan hingga saya bisa bersandar di Multazam seraya berdoa. 


Kemudian seorang berbadan besar memberikan jalan pada kami untuk mencium Hajar Aswad. Sejuk, damai, bahagia, kami keluar dari kerumunan untuk menuju saudara saya yang masih berdiri di dekat Hijir Ismail. Malam itu adalah malam paling damai, tenang dan paling bahagia seumur hidup saya. 


Setelah itu, seorang pria berpakaian ihram datang menghampiri saya. Pria yang sangat tampan. Dia  mengajak saya ke Multazam. Saya tidak mengenal pria itu, saya bilang tolong bawa dua saudara saya. Dia pun membawa dua saudara saya dan setelah itu dia pergi. 


Sampai sekarang saya tidak pernah bertemu dengannya lagi. Namun selalu menjadi hal yang paling saya ingat, siapa pria itu? Mengapa dia menghampiri saya dan mengajak saya ke Multazam? Tapi kenapa saya tidak mau? Dan kenapa pula saya malah meminta dia membawa saudara saya? 


Bahkan saya berfikir apa dia jodoh saya? Karena doa yang saya panjatkan selalu minta diberikan jodoh terbaik dan dilihatkan jodohku ya Allah. 


Kini lima tahun sudah, semua doa yang dipanjatkan saat umroh itu dikabulkan. Sepulang umroh, Allah memang mengganti dengan rezeki yang berlipat-lipat. Allah kabulkan doaku untuk mendapatkan ilmu lebih untuk bisa berbagi. Hanya saja satu hal, doa terakhirku, tentang jodoh, yang masih sampai sekarang belum diijabah oleh Allah SWT. 


Hingga kini kembali kami berniat untuk umroh lagi, namun musibah datang menghampiri diriku hingga kami kehilangan banyak uang.


Para pembaca, berumroh dan berhajilah! Ya, karena tanah suci adalah tempat healing terbaik, tempat yang paling tenteram dan damai. Sholat maupun ibadah-ibadah yang dilakukan serasa berbeda dilakukan saat di rumah. Selama di sana yang ada di benak saya hanya Allah, ingin dekat dan dekat. Semoga Allah selalu memanggil kita, tidak hanya sekali tapi berkali-kali menjadi tamunya di Baitullah. Aamiin. (*)

×
Berita Terbaru Update