Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Tips Mencium Hajjar Aswad

Sunday, April 2, 2017 | 21:09 WIB Last Updated 2017-04-02T14:11:21Z


Oleh Gatot Susanto

MENCIUM Hajar Aswad merupakan salah satu "cita-cita" jamaah haji atau umroh. Namun, karena begitu banyaknya umat yang tumplek blek di satu titik ingin mencium batu yang paling mulia itu usai melakukan ritual  Thawaf mengelilingi Kakbah 7 kali putaran, mencium batu surga di dinding pojok Kakbah itu membutuhkan perjuangan yang sangat berat. Bahkan, tak jarang banyak jamaah memilih mundur sebelum berusaha mencapainya.




Saat menunggu giliran masuk Raudhah di Masjid Nabawi Madinah, saya ketika umroh sempat bertemu seorang guru asal Probolinggo Jawa Timur. Beliau memberikan saya tasbih kecil isi tujuh butir untuk menghitung jumlah Thawaf. Meski sedikit, kata Beliau, sering kali hitungan thawaf mengelilingi Kakbah sering kali lupa berapa jumlah yang sudah dilakukan jamaah, sehingga tetap butuh tasbih mungil itu. Bukan hanya itu, dia juga memberi tips kepada saya soal bagaimana mencium Hajar Aswad.

"Alhamdulillah saya berhasil, hanya istri saya...,"katanya lalu diam sejenak sambil sedikit berlinang air mata mengenang sang istri, "Beliau sempat sakit karena terjatuh lalu terdesak sampai pingsan. Bila tidak segera diselamatkan, saya ndak tahu apa yang terjadi padanya. Karena itu, bagi perempuan, saya sarankan hati-hati dengan jilbabnya. Istri saya kejiret (terlilit) kerudungnya saat berebut mencium Hajjar Aswad dan jatuh. Saya sendiri berhasil masuk lewat sisi Rukun Yamani--pojok Kakbah sebelum Hajjar Aswad yang mengarah ke negeri Yaman-- memegang pinggir Kakbah, sedikit demi sedikit merapat, hingga kaki naik pijakan di dinding Kakbah, lalu masuk dan mencium Hajjar Aswad, tak bisa lama sebab langsung terlempar oleh banyaknya jamaah," katanya.

Selain Hajjar Aswad, Rukun Yamani juga jadi rebutan jamaah untuk berdoa. Rukun Yamani disebut-sebut juga sebagai tempat yang mustajabah untuk berdoa.

Haji Erfandi Putra dan Haji Zainal Abidin lain lagi. Kedua haji ini berjuang mencium Hajjar Aswad lewat sisi yang lain, yakni masuk ke Hijir Ismail dulu. Hijir Ismail juga tempat mustajabah untuk berdoa dan solat. Barang siapa solat di Hijir Ismail seperti solat di dalam Kakbah sebab area ini masuk ke dalam area Kakbah. Karena itu, area ini juga full jamaah. Mereka ada yang berdoa dan solat dua rakaat.

Ada yang dengan histeris memegang dinding Kakbah, jamaah dari luar Hijir Ismail ada yang melempar busana dan lain-lain ke arah temannya yang sudah ada di dinding Kakbah, lalu menangkapnya dan digosok-gosokkan di dinding Kakbah, entah apa tujuannya, entah halal atau haram apa yang mereka lakukan dengan histeris itu, wallahu alam. Tapi saya sendiri merasa hal semacam itu dilarang sebab saya duga busana yang baru saja digosok-gosokkan di dinding Kakbah sepulang ke negerinya bisa digunakan sebagai jimat dan lain-lain.


Yang jelas, sejumlah jamaah melewati jalur ini untuk merambat menuju Hajjar Aswad. Meski sangat berat, Haji Zainal dan Haji Erfandi berhasil. Saya sendiri tidak lewat jalur ini, tapi melalui jalur depan Hajjar Aswad. Jadi terasa melawan arus yang sangat besar. Saya biarkan tubuh saya terbawa arus yang mendekati titik di pojok Kakbah itu. Seorang pria berwajah Turki, tinggi besar, membetot saya, menarik ke belakang, lantaran dia ingin segera maju ke depan mencium Hajjar Aswad, pria itu sempat minta maaf tapi dia terus merangsek maju.

Tapi sedikit terlempar tapi kemudian terbawa arus lagi maju ke depan hingga tangan saya bisa memegang Hajjar Aswad. Begitu dahsyatnya orang, tangan kiri saya yang masih terluka akibat jatuh di tanah air, tergencet saat memegang Hajar Aswad, begitu juga kaki kanan saya tergencet dengan dinding Kakbah. Tak tahan menahan rasa sakit dan khawatir akan tangan saya yang masih terluka, saya langsung mendorong orang-orang untuk keluar dari lautan jamaah itu.  

Baik saya, pak guru asal Probolinggo, Haji Erfandi, maupun Haji Zainal, memberi kesimpulan sama untuk dijadikan tips utama. Intinya, jangan ngoyo ingin mencium Hajjar Aswad dan yang lain. Kuatkan niat dan berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Allah SWT, sambil terus berdzikir, agar bisa memenuhi keinginan tersebut. Tentu sambil meletakkan tubuh pada arus yang mengarah ke Hajar Aswad tersebut. Ikuti saja arus tersebut.

Batu Surga

Perlu diketahui bahwa Hajar Aswad adalah batu yang diturunkan dari surga. Asalnya batu itu putih seperti salju. Namun karena dosa manusia dan kelakukan orang-orang musyrik di muka bumi, batu tersebut akhirnya berubah jadi hitam. Seperti ditulis Muhammad Abduh Tuasikal dalam muslim.or.id, banyak hadist yang mengabarkan soal hajar Aswad ini.


عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « نَزَلَ الْحَجَرُ الأَسْوَدُ مِنَ الْجَنَّةِ وَهُوَ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ فَسَوَّدَتْهُ خَطَايَا بَنِى آدَمَ »

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hajar Aswad turun dari surga padahal batu tersebut begitu putih lebih putih daripada susu. Dosa manusialah yang membuat batu tersebut menjadi hitam”. ( HR. Tirmidzi no. 877. Shahih menurut Syaikh Al Albani)

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « الْحَجَرُ الأَسْوَدُ مِنَ الْجَنَّةِ وَكَانَ أَشَدَّ بَيَاضاً مِنَ الثَّلْجِ حَتَّى سَوَّدَتْهُ خَطَايَا أَهْلِ الشِّرْكِ.

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hajar aswad adalah batu dari surga. Batu tersebut lebih putih dari salju. Dosa orang-orang musyriklah yang membuatnya menjadi hitam.” (HR. Ahmad 1: 307. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa lafazh ‘hajar Aswad adalah batu dari surga’ shahih dengan syawahid-nya. Sedangkan bagian hadits setelah itu tidak memiliki syawahid yang bisa menguatkannya. Tambahan setelah itu dho’if karena kelirunya ‘Atho’).

Keadaan batu mulia ini di hari kiamat sebagaimana dikisahkan dalam hadits,

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فِى الْحَجَرِ « وَاللَّهِ لَيَبْعَثَنَّهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَهُ عَيْنَانِ يُبْصِرُ بِهِمَا وَلِسَانٌ يَنْطِقُ بِهِ يَشْهَدُ عَلَى مَنِ اسْتَلَمَهُ بِحَقٍّ »

Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda mengenai Hajar Aswad, “Demi Allah, Allah akan mengutus batu tersebut pada hari kiamat dan ia memiliki dua mata yang bisa melihat, memiliki lisan yang bisa berbicara dan akan menjadi saksi bagi siapa yang benar-benar menyentuhnya” (HR. Tirmidzi no. 961, Ibnu Majah no. 2944 dan Ahmad 1: 247. Abu Isa At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan dan Syaikh Al Albani menshahihkan hadits ini).

Kenapa Kita Mencium Hajar Aswad?


Perhatikan hadits berikut,

عَنْ عَابِسِ بْنِ رَبِيعَةَ قَالَ رَأَيْتُ عُمَرَ يُقَبِّلُ الْحَجَرَ وَيَقُولُ إِنِّى لأُقَبِّلُكَ وَأَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ وَلَوْلاَ أَنِّى رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُقَبِّلُكَ لَمْ أُقَبِّلْكَ

“Dari ‘Abis bin Robi’ah, ia berkata, “Aku pernah melihat ‘Umar (bin Al Khottob) mencium Hajar Aswad. Lantas ‘Umar berkata, “Sesungguhnya aku menciummu dan aku tahu bahwa engkau hanyalah batu. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menciummu, maka tentu aku tidak akan menciummu” (HR. Bukhari no. 1597, 1605 dan Muslim no. 1270).

Dalam lafazh lain disebutkan,

إِنِّى لأُقَبِّلُكَ وَإِنِّى أَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ وَأَنَّكَ لاَ تَضُرُّ وَلاَ تَنْفَعُ وَلَوْلاَ أَنِّى رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَبَّلَكَ مَا قَبَّلْتُكَ

“Sesungguhnya aku menciummu dan aku tahu bahwa engkau adalah batu yang tidak bisa memberikan mudhorot (bahaya), tidak bisa pula mendatangkan manfaat. Seandainya bukan karena aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menciummu, maka aku tidak akan menciummu.” (HR. Muslim no. 1270).

Beberapa faedah dari hadits di atas:

Wajibnya mengikuti petunjuk Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah Beliau tunjuki walau tidak nampak hikmah atau manfaat melakukan perintah tersebut. Intinya, yang penting dilaksanakan tanpa mesti menunggu atau mengetahui adanya hikmah.

Ibadah itu tawqifiyah, yaitu berdasarkan dalil, tidak bisa dibuat-buat atau direka-reka.

Kenapa mencium hajar aswad? Alasannya mudah, karena ingin mengikuti ajaran Rasul. Karena seandainya Rasul –shallallahu ‘alaihi wa sallam– tidak melakukannya, maka tentu kaum muslimin tidak melakukannya.

Para sahabat begitu semangat melaksanakan setiap ajaran Rasul.
Yang mendatangkan manfaat dan mudhorot hanyalah Allah. Hajar aswad hanyalah batu biasa yang tidak bisa berbuat apa-apa.

Segala sesuatu selain Allah tidak dapat memberikan manfaat atau bahaya walau ia adalah sesuatu yang diagung-agungkan.


Catatan:

Perlu sekali dijaga niat saat mencium batu Hajar Aswad. Karena ada yang mencium Hajar Aswad cuma karena ingin dipuji orang bahwa dia telah mencium batu yang mulia. Padahal seharusnya yang jadi niatan adalah ikhlas dan karena ikut tuntunan baginda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Semoga bermanfaat. Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah pada kita semua. amin. *



×
Berita Terbaru Update