Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Menghadapi Krisis Ekonomi Ala Nabi Yusuf

Friday, September 6, 2019 | 00:43 WIB Last Updated 2019-09-07T09:30:07Z
Ilustrasi: koran sindo

HAJIMAKBUL.COM - Presiden Jokowi secara khusus mengajak rapat terbatas sejumlah menteri membahas kabar ancaman krisis ekonomi global di Kantor Presiden, Jakarta Pusat, Rabu (4/9/2019). Kekhawatiran itu setelah perang dagang antara Amerika Serikat dan China tidak kunjung mereda. Bahkan semakin hebat.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati malah menunjukkan rasa takutnya jika pada 2020 terjadi resesi atau kemerosotan ekonomi di banyak negara termasuk Indonesia karena dinamika global yang sampai saat ini masih berlangsung.





Dinamika yang terjadi saat ini membuat pertumbuhan ekonomi diproyeksi menurun, bahkan pertumbuhan perdagangan juga akan menurun seiring perang dagang antara China dengan Amerika Serikat (AS) tak kunjung usai.

"Seluruh indikator menunjukkan bahwa apabila tren ini berlanjut, maka 2020 dikhawatirkan akan terjadi resesi, terutama di negara-negara maju," kata Sri Mulyani di ruang rapat Komisi XI DPR, Jakarta, Rabu (28/8/2019).

Presiden Jokowi dan Sri Mulyani tidak dalam rangka menakut-nakuti akan ancaman hantu krismon seperti dulu. Namun, mereka ingin menunjukkan satu kata saja: antisipasi! Ya, wajib antisipasi.

Sebagai umat Islam, Allah SWT sudah banyak memerintahkan kita untuk melakukan antisipasi agar kita selamat dari resesi apa pun. Deteksi dini lalu antisipasi. Allah SWT sudah memberi sinyal, berupa tanda-tanda alam, sunnatullah, lalu tinggal bagaimana kita cerdas membaca tanda-tanda itu dengan kemampuan deteksi dini kita, dan kemudian melakukan antisipasi. Itulah yang harus kita lakukan saat mendengar ada ancaman, tak terkecuali resesi dunia yang jadi topik hangat akhir-akhir ini.

Ancaman Asteroid

Secara kebetulan pula, pada saat yang sama muncul kabar ancaman lain: hantaman asteroid ke bumi! Para peneliti asteroid dan insinyur pesawat luar angkasa dari Badan Antariksa Eropa (ESA) dan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) pun menjalin koalisi untuk menangkal serangan asteroid yang berpotensi mengancam Bumi. Mereka akan berkumpul di Roma, Italia,  membahas keselamatan Bumi dari serangan asteroid tersebut.





Misi menghalau asteroid ini mereka namakan Asteroid Impact Deflection Assessment (AIDA). Seperti dikutip dari Telegraph, Rabu (4/9/2019), dalam misi tersebut disepakati akan dikirimnya pesawat antariksa untuk dihantamkan ke asteroid, dengan harapan membelokkan jalur menabrak Bumi.  NASA pun mengembangkan Double Asteroid Impact Test (Dart), sebuah wahana antariksa yang ditargetkan meluncur pada musim panas 2021.

Rencananya Dart ini untuk 'mencegat' bulan kecil atau moonlet yang mengelilingi asteroid Didymos pada akhir tahun 2022. Saat itu, posisi moonlet yang bernama Didymoon ini bakal berjarak sekitar 11 juta kilometer dari Bumi. Dart akan menabrakkan diri ke Didymoon untuk mencoba mengubah arahnya dan menjauh dari planet biru ini.

Bisa dibayangkan bukan bila krisis ekonomi datang bersamaan dengan serangan asteroid? Namun, semua kata kuncinya satu: antisipasi!

Kisah Nabi Yusuf

Salah satu pelajaran soal antisipasi ini datang dari kisah Raja Mesir dan Nabi Yusuf AS. Krisis ekonomi saat itu digambarkan dalam bentuk musim kemarau.

Berawal dari mimpi Raja Mesir kala itu, takwil mimpi yang sangat antisipatif diberikan oleh Nabi Yusuf. Dan benar. Solusi Nabi Yusuf terbukti bisa menyelamatkan penduduk Mesir dari kelaparan akibat musim kemarau panjang.

Dikisahkan, raja Mesir di zaman Nabi Yusuf bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina gemuk dimakan tujuh sapi betina kurus dan tujuh bulir gandum hijau serta tujuh bulir gandum kering. Sang raja yang merasa penasaran lantas memanggil para penafsir mimpi untuk menguak makna mimpi itu. Namun, para ahli penafsir mimpi hanya mengatakan bahwa mimpi itu tak berarti.

Raja yang tidak puas dengan jawaban tersebut kemudian mencari tahu siapa orang yang mampu menafsirkan mimpi dengan baik. Pelayan Istana mengarahkan sang raja kepada Nabi Yusuf yang saat itu tengah terkurung dalam penjara.

Nabi Yusuf lantas menjelaskan bahwa mimpi itu adalah peringatan dari Sang Pencipta akan terjadinya masa tujuh tahun dengan air yang subur dan melimpah serta tujuh tahun berikutnya musim paceklik di mana sungai Nil mengering.

Mengutip republika.co.id, pakar Al Quran Indonesia, Dr KH Ahsin Sakho Muhammad, mengatakan, sungai Nil di Mesir kala itu menjadi sumber air yang mengairi lahan-lahan tanaman di negeri Piramida tersebut. Jika sungai Nil mengering, tentunya penduduk Mesir akan kesulitan, terutama dalam bercocok tanam.





Karena itulah, Nabi Yusuf menyarankan agar masyarakat bercocok tanam selama tujuh tahun yang subur itu. Setelah dipanen, hasilnya agar disimpan dengan baik sebagai persediaan untuk masa tujuh tahun musim paceklik.

Nabi Yusuf menyarankan agar biji-bijian dari gandum tidak dipisahkan dari tangkainya sehingga bertahan lebih awet. Masyarakat agar memakan hasil panen itu sekedarnya dan tidak berlebihan. Atas saran Nabi Yusuf itulah, masyarakat Mesir memiliki persediaan pangan selama musim kemarau terjadi dan mereka tidak kelaparan. Setelah hujan datang kembali, masyarakat dapat bercocok tanam kembali dan menikmati hasil panennya.

Raja pun mengapresiasi saran Nabi Yusuf dan membebaskannya dari segala dakwaan. Bahkan, raja mengangkat Nabi Yusuf menjadi orang dekatnya. Ia menjadi bendahara negara karena kemampuannya yang pandai menjaga harta dan berpengetahuan tentang hal tersebut. Bukankah kisah ini hampir sama dengan cerita soal krismon baik dulu maupun yang akan datang?

Sudahkah kita mengelola sumber alam, baik pangan maupun energi, dengan baik demi masa paceklik yang sewaktu-waktu bisa datang menimpa anak cucu kita kelak? Jangan sampai kita seperti ayam mati di lumbung padi karena kelaparan lantaran tidak pecus mengelola kekayaan yang dianugerahkan Tuhan kepada kita. Padahal, kita sudah diajari oleh Allah SWT, melalui kisah Nabi Yusuf AS, dan sunnatullah yang lain. Wallahu a'lam bishowab. (gatot susanto)



×
Berita Terbaru Update