Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Garis Keras di Antara NUgarislucu, MuhammadiyahGL, dan KatolikGarisLucu

Monday, April 29, 2019 | 09:24 WIB Last Updated 2019-04-29T02:37:07Z


"Dan kehidupan dunia ini, hanyalah permainan dan senda gurau, sedangkan negeri akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kalian memahaminya?.” (QS. Al-An’am:32)


HAJIMAKBUL.COM - Saya bukan ustad, gus, apalagi kiai, sehingga sangat tidak layak memberi pemahaman, apalagi nuturi soal agama. Namun izinkan saya mengingat-ingat kata-kata ustad saya sewaktu dulu ceramah di musala di desa, tentang "sejatine urip".  Hidup yang sebenarnya.  Dengan mengutip Al-An'am:32.

Saya mengingatnya lagi setelah melihat sejumlah tokoh, baik tokoh masyarakat maupun tokoh agama, berdebat sengit soal Pemilu--khususnya Pilpres 2019 yang baru saja kita lakukan bersama. Yang katanya aman, damai, lancar, dan dipuji oleh dunia internasional, tapi 300 lebih  petugasnya gugur, nyawanya melayang ke langit, menghadap  Sang Khaliq, untuk melaporkan apa yang sesungguhnya terjadi di negeri ini. Mungkin, mereka juga melaporkan ulah polah para tokoh panutannya. Para tokoh yang sebagian bersahabat itu.



Mereka berdebat hebat. Mempertahankan argumennya. Merasa benar. Malah paling benar.  Ada yang membela mati-matian capresnya. Ada yang ikut-ikutan mengklaim kemenangan. Ada pula yang sok netral. Tapi tanpa disadari tergelincir nyinyir. Lalu jatuh ke sisi capres tertentu. Wallahu'alam.

Sikap di tengah-tengah alias netral memang bagus. Bahkan ada anjuran agama. Namun sejatinya hanya sok netral. Aslinya terpental--- ke kubu tertentu. Memihak. Tapi muter-muter.  Modus. Lagi-lagi, kembali ke laptop, ehh...ke niat. Dan hati-hati,  niat tersembunyi di hati.

Melihat polah para tokoh itu saya sangat senang, tapi juga geli. Lucu. Hidup memang lucu. Dramatis. Tragis. Satiris. Tapi juga lucuis.

Sering kita merasa benar tapi sebenarnya salah. Kita merasa menang padahal kalah. Maka, menangislah.  Tidak apa-apa. Toh itu kemenangan yang tertunda. Toh menang kalah hanya senda gurau saja.

Lalu saya membaca postingan di twitter pagi ini. Lagi-lagi bikin geli. Lucuis tadi. Ada yang berdebat soal garis keras. Tapi, bagaimana mungkin mereka bicara dengan keras soal garis keras sementara hatinya lembek. Lemah bin lebay.

Maka, lihatlah postingan NUgarislucu @NUgarislucu ini saja. Yang bertetangga dengan Katolik garis lucu@KatolikG dan Muhammadiyah garis lucu @MuhammadiyahGL.

Begini salah satu lelucon bergaris dan berlucu itu:

"Prabowo Menang di wilayah garis keras, sementara Jokowi menguasai garis merah. 
Tapi ingat. Mereka berdua tidak bisa menaklukkan wilayah garis lucu."

Hahaha...


Lalu akun @RonniSuryansyah menjawab: "tetapi kita semua belum tentu bisa melewati garis sirotol mustaqim."

Ini sepertinya mengajak serius. Jangan melulu lucu.


Namun jamaah NUgarislucu tetap ingin melucu. Seperti @Samsara62802082 yang  menjawab, "latihan dulu di Shirojut tholibin".

Juga Sentot Soekotjo @nandasetiawan13 yang mengomentari,"mentas dari garis kemiskinan aja susah.:)

Lihat juga postingan @NUgarislucu mengomentari @KatolikG, "Emang tadi ada adzan gak kebangun? Selamat pagi tetangga."

KatolikGarisLucu sendiri baru saja memposting:"Jika ingin mimpi, cepatlah tidur. Jika ingin mewujudkan mimpi, Cepatlah bangun..."



Postingan yang memberi motivasi.



Mohammed ali mahrus @AlionelMessi_ yang mengugemi "urip mung mampir balbalan" juga mengomentari postingan antara NuGarisLucu dan Muhammadiyah Garis Lucu soal acara selamatan mengirim doa untuk leluhur dan berkat--tema yang sering jadi polemik di antara dua ormas Islam--, yang tentu saja lucu. Ali mengatakan,"Urip mung mampir guyon. Matur suwun sanget Kang@NUgarislucu, Kang@MuhammadiyahGL. Rukun2 dan menghibur selalu...#salim.   


Begitulah. Mereka jumlahnya banyak. Dan semua lucu. Begitu lucunya, saur manuk, cicit cuit, di antara tiga grup garis lucu itu sampai ada yang tertawa sambil bertanya:

"Kok kalian bertiga beda aliran bisa akur sih, padahal saya menunggu keributan."



Hahaha...


Saya membayangkan bila jumlah "garis lucu" ini sangat banyak, melebihi perolehan suara Prabowo-Sandi maupun Jokowi - Ma'ruf, apa yang terjadi sekarang ya? Apakah ketua dari ketiga grup lucu itu layak menjadi presiden para "pelucu"?

 Ah, mari menertawai diri sendiri saja. Sebab kita semua lucu. Dan hidup memang hanya lucu-lucuan belaka. Lucu tapi bersatu. Semoga!

(Gatot Susanto)









×
Berita Terbaru Update