Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Mengapa Banyak Tokoh Islam Korupsi, Allah Memberi Tanda-tandanya Begini

Saturday, March 23, 2019 | 10:13 WIB Last Updated 2019-03-23T15:55:55Z


HAJIMAKBUL.COM - Saat sambang teman yang hendak berhaji, saya dan sejumlah teman lain membicarakan soal kasus jual beli jabatan di Kementerian Agama. Kami sangat amat prihatin sebab aib ini terjadi di lembaga agama, penjaga kesucian Tuhan, simbol marwah ruhani bangsa, tapi mengapa hal buruk justru menyeruak  dari sana.
Ya Allah ya Rabbul Izzati beri pertolongan kami dan ampuni dosa-dosa mereka yang khilaf. Tuhan maha pengampun, tapi tidak dengan beberapa teman kami. Dia sangat marah kepada Romahurmuziy, ketua umum PPP,  parpol Islam, yang jadi tersangka kasua itu. Juga marah bila akhirnya benar Lukman Hakim Saifuddin, menteri agama, terseret kasus ini.
"Gimana kalo jabatan menag itu diserahkan saja ke tokoh agama lain. Kita tidak becus diberi amanah. Kita malu kepada rakyat. Malu kepada Allah SWT. Kita serakah harta dan jabatan  Karena itu kita dihukum sama Allah," kata Sobari, teman yang tahun kemarin berhaji.
"Lo..lo..jangan emosi to! Rommy itu oknum, banyak tokoh Islam lain, bahkan tokoh Nahdlatul Ulama yang layak jadi menag. Mungkin tokoh seperti Pak Mahfud MD masih bersih dan memiliki integritas tinggi," kataku kepada Sobari dan teman-teman lain.
"Saya tidak yakin, Pak Mahfud bisa tahan godaan masif korupsi di kementerian. Saya rasa ini juga upaya masif musuh Islam untuk menghancurkan Islam dengan iming-iming harta dan jabatan kepada para tokohnya. Kalau tokoh Islam masih seperti ini, tokoh dan ulama NU masih ngoyo ngurus materi, bermegah megahan pondok dan masjid, jor joran apik apikan kantor, ya rusak lah. NU jadi fosil bukan karena Jokowi kalah, bukan karena Prabowo menang Pilpres. Tapi karena orang-orangnya sendiri salah orientasi melihat masa depan Islam. Masa depan NU," kata Sobari, sangat emosional.
"Iki juga salah kamu Pak Sobari! Kamu waktu berhaji gak berdoa di Multazam atau di Raudhah agar Allah memberi pemimpin kita yang benar dalam memimpin rakyat," kata saya.
"Pak Sobari berdoa minta bini lagi sih!" kata Rohman yang akan berhaji tahun ini.
"Ya saya titip Pak Rohman saja agar jamaahnya diajak berdoa untuk bangsa kita ini. Agar Allah memberi nakhoda terbaik," kata Mukhlas, teman satu kantor Pak Rohman.
Lagi-lagi saya ingat para jamaah haji dan umrah yang jumlahnya sangat banyak di tanah suci. Apakah mereka lupa berdoa untuk negaranya? Semoga saja tidak. Dan semoga saja masih banyaknya korupsi dilakukan umat Islam ini hanya ujian belaka. Bukan azab dari Allah SWT.
"Itu acara Harlah NU ke 96 baik di pusat maupun PWNU Jatim, juga mencolok pro Jokowinya? Mengapa kita tidak bisa proporsional, seimbang seperti kata agama, sebaik-baiknya urusan itu dilakukan seimbang, bukan miring. Mengapa Prabowo ndak diundang?" kata Sobari, sengak lagi.
"Waduh, repot kalo bicara sama pendukungnya Prabowo ini. Pasti ada pertimbangan khusus lah mengapa Prabowo tak diundang? Mungkin Prabowo lagi sibuk kampanye sehingga tak bisa hadir," kata saya.
"Bukan itu Bro. Pasti ini karena sudah termakan isu NU jadi fosil hahaha," kata Sobari. Saya lega Sobari bisa tertawa.
Saya lalu menyodorkan Tab kepada hadirin yang menampilkan laman almanhaj.co.id. Saya bacakan taushiyah Al-Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qadir (https://almanhaj.or.id/7580-manusia-sangat-tamak-dan-rakus-terhadap-harta-dan-jabatan.html). Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis:
Dari Ka’ab bin Mâlik Radhiyallahu anhu ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Dua serigala yang lapar yang dilepas di tengah kumpulan kambing, tidak lebih merusak dibandingkan dengan sifat tamak manusia terhadap harta dan kedudukan yang sangat merusak agamanya.”

Hadits ini shahih. Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, no. 2376; Ahmad (III/456, 460); Ad-Darimi (II/304); Ibnu Hibban (no. 3218–At-Ta’lîqâtul Hisân) ; Ath-Thabrani dalam Mu’jamul Kabîr(XIX/96, no. 189) dan lainnya.
Hadits ini dishahihkan oleh at-Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan lainnya. Lihat Shahîh at-Targhîb wat Tarhîb (no. 1710 dan 3250)

Di dalam hadits ini Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa ketamakan manusia terhadap harta dan jabatan pasti akan merusak agamanya. Ketamakan manusia kepada harta dan kepemimpinan akan membawa kepada kezhaliman, kebohongan dan perbuatan keji. Bahkan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya.
TAMAK TERHADAP HARTA
Manusia sangat mencintai harta dan akan terus senantiasa mencarinya, tidak merasa puas dengan yang sedikit, manusia sangat tamak kepada harta dan panjang angan-angan.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا
Dan kamu mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan. [Al-Fajr/89:20]
وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ
Dan sesungguhnya cintanya kepada harta benar-benar berlebihan. [Al-‘Âdiyât/100:8]
Hati orang tua menjadi pemuda karena dua hal, yaitu cinta dunia dan panjang angan-angan. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قَلْبُ الشَّيْخِ شَابٌّ عَلَىٰ حُبِّ اثْنَتَيْنِ : طُوْلُ الْـحَيَاةِ وَحُبُّ الْمَالِ
Hati orang yang tua renta senantiasa muda dalam mencintai dua perkara: hidup yang panjang dan cinta terhadap harta.[1]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
يَكْبَرُ ابْنُ آدَمَ وَيَكْبَرُ مَعَهُ اثْنَانِ: حُبُّ الْمَالِ وَطُولُ الْعُمُرِ
Anak Adam (manusia) semakin tua dan menjadi besar juga bersamanya dua hal: cinta harta dan panjang umur.[2]
Hikmah dari penyebutan dua hal tersebut yaitu bahwa yang paling dicintai oleh manusia adalah dirinya, ia ingin hidup kekal, maka itu ia mencintai panjang umur. Manusia juga mencintai harta, karena harta merupakan sebab terbesar untuk senantiasa sehat, yang menjadi salah satu sebab panjang umur. Jadi setiap ia merasa hartanya akan habis, bertambah kuatlah kecintaannya kepadanya.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اِقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَلَا يَزْدَادُ النَّاسُ عَلَى الدُّنْيَا إِلَّا حِرْصًا، وَلَا يَزْدَادُوْنَ مِنَ اللهِ إِلَّا بُعْدًا
Hari Kiamat semakin dekat, dan tidak bertambah (kemauan) manusia kepada dunia melainkan semakin rakus, dan tidak bertambah (kedekatan) mereka kepada Allâh melainkan semakin jauh.[3]
Allâh Azza wa Jalla berfirman tentang manusia:
لَا يَسْأَمُ الْإِنْسَانُ مِنْ دُعَاءِ الْخَيْرِ وَإِنْ مَسَّهُ الشَّرُّ فَيَئُوسٌ قَنُوطٌ
Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika ditimpa malapetaka, mereka berputus asa dan hilang harapannya.”[Fush-shilat/41: 49]
Al-Baghawi rahimahullaht berkata tentang ayat ini, “Manusia senantiasa meminta kebaikan kepada Rabb-nya, yaitu harta, kekayaan, dan kesehatan.”[4]
Allâh Azza wa Jalla juga berfirman,
بَلْ يُرِيدُ الْإِنْسَانُ لِيَفْجُرَ أَمَامَهُ
Tetapi manusia hendak membuat maksiat terus menerus. [Al-Qiyâmah/75:5]
(Gatot Susanto)


×
Berita Terbaru Update