Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Biadab! Teroris Non-Muslim Tembaki Jamaah Salat Jumat, 49 Tewas 2 WNI Luka Parah

Saturday, March 16, 2019 | 01:14 WIB Last Updated 2019-03-15T18:14:07Z
                                         Brenton Tarrant
                                       
                                        


HAJIMAKBUL.COM - Teroris tidak mengenal agama. Teroris yang selama ini disematkan oleh negara-negara Barat kepada muslim dan Islam terbukti juga dilakukan oleh orang nonmuslim. Bahkan kali ini korbannya umat Islam yang tengah beribadah salat Jumat. Dua orang di antaranya muslim warga negara Indonesia.

Dua warga negara Indonesia itu tengah salat di masjid di Kota Christchurch Selandia Baru. Mereka yang diketahui merupakan warga Sumatera Barat itu menderita luka parah karena berondongan peluru teroris non-muslim bernama Brenton Tarrant asal Australia.

Kedua WNI korban teroris ini adalah Zulfirmansyah dan Mohammad Rais, yang merupakan ayah dan anak. Saat tragedi mengerikan itu terjadi keduanya sedang berada di Masjid Lindwood.

Saat dimintai informasi soal kabar duka dari negeri Kiwi itu, Hendra Yaspita, kakak kandung korban yang tinggal di Kota Padang, Sumatera Barat,  membenarkan kabar  tersebut. Keluarga mereka, kata Hendra, mendapat kabar tentang tragedi yang menimpa adiknya itu melalui istrinya.

"Dia adik kandung saya paling terakhir dari enam bersaudara. Istri beliau memberi tahu kami," kata Hendra kepada wartawan.

Hendra mengatakan, sebelum adiknya pindah untuk bekerja di Selandia bersama keluarganya, dia sempat berdomisili di Yogyakarta. Korban merupakan seniman asal Kabupaten Pesisir Selatan.

"Baru pindah ke Selandia Baru bulan Januari untuk bekerja. Dia asli orang Minang, keluarga ada di Sumatera Barat. Kami di Kota Padang," kata  Hendra.

Saat ini Zul kritis dan masih dirawat di ICU karena diberondong banyak tembakan. Sedangkan anaknya menderita luka tembak di kaki dan punggung.

"Suamiku, Jul, tertembak di banyak tempat dan mengalami kebocoran di paru-parunya (dari apa yang saya dengar) meskipun saya belum melihatnya sejak dia dioperasi," tulis istri korban WNI melalui akun Facebook-nya.

"Baru-baru ini saya disatukan dengan putra saya, yang memiliki luka tembak di kaki dan punggung. Dia trauma, tetapi kita semua hidup. Terima kasih atas doa dan perhatian kalian," tuturnya.

Duta Besar RI di Wellington, Tantowi Yahya, sebelumnya menyatakan ada 344 WNI yang tinggal di Christchurch, New Zealand. Tantowi menyebut umumnya mereka dalam keadaan shocked pasca aksi penembakan brutal itu.

"Ada 344 WNI di Christchurch, sebanyak 144 orang adalah pelajar. KBRI melakukan telepon satu per satu WNI di Christchurch untuk mengetahui kondisi mereka," kata Tantowi  Jumat (15/3/2019).

"Umumnya mereka dalam kondisi syok karena kejadian mengerikan seperti ini baru pertama kali terjadi, belum pernah terjadi sebelumnya. Mereka mengapresiasi apa yang telah dilakukan KBRI," katanya.


Teroris Kulit Putih

Korban tewas dalam penembakan brutal di dua masjid di Christchurch, New Zealand, bertambah menjadi 49 orang. Kepolisian Selandia Baru menyebut penembakan brutal itu 'direncanakan sangat matang'. Pelaku aksi biadab itu diidentifikasi bernama Brenton Tarrant.

Siapa sebenarnya Brenton Tarrant ?

Polisi belum merilis datanya. Namun situs Heavy.com menulis Brenton Tarrant lewat manifesto atau pernyataan yang sempat ditulis di media sosialnya. Ada beberapa fakta dari pria penebar maut ini:


1. Keluarga Miskin

Brenton Tarrant hanya menyebut dirinya pria biasa saja. "(Aku) hanya orang kulit putih biasa, 28 tahun. Aku lahir di Australia di keluarga miskin, kalangan pekerja kasar. Orangtuaku berdarah Skotlandia, Irlandia, dan Inggris. Masa kecilku berjalan biasa saja, tanpa ada hal-hal hebat. Aku tak terlalu punya minat dengan sekolah, aku sangat jarang punya nilai bagus. Aku adalah orang kulit putih biasa saja, dari keluarga biasa, yang akan melakukan aksi untuk memastikan masa depan orang-orang dari kaumku."

2. Tak Merasa Bersalah

Tarrant diduga sudah didoktrin oleh kelompok radikal sayap kanan untuk membenci imigran dan orang-orang di luar ras Eropa atau kulit putih. Di Twitter, ia memberikan sikap, bahwa serangan terhadap orang-orang non Eropa adalah sah.

Tarrant sempat ditanya, apakah dia tak melihat orang-orang yang terbunuh adalah orang-orang tak berdosa. Tarrant menjawab, serangan terhadap orang-orang Non Eropa adalah perang.

Menurut Tarrant, dalam sebuah perang, tidak ada yang namanya 'orang tak berdosa'.  Tarrant juga sempat ditanya, apakah dia berencana selamat atau melakukan bunuh diri setelah melakukan serangan.

Tarrant menjawab, dia siap mati sebagai resikonya. Tapi dia berniat untuk tetap hidup, sehingga dia bisa terus menyebarkan ajaran supremasi kulit putih yang dia yakini.

3. Putar Lagu Metal Saat Menyerang

Tarrant sempat merekam bahkan menyiarkan aksi penembakan biadabnya lewat Live Facebook. Dilansir Heavy.com, saat menyerang, dia sempat memutar lagu metal dengan potongan lirik : “I am the god of Hellfire, and I bring you fire (Aku adalah Dewa dari Neraka, dan Kubawakan Kau Api),”.

Lirik ini berasal dari lagu berjudul Fire. Lagu ini sempat dibawakan oleh musisi Metal seperti Ozzy Osbourne dan grup band metal asal Jerman, Die Krupps.

Lagu ini aslinya diciptakan oleh Grup Band Rock asal Inggris, The Crazy World of Arthur Brown, pada 1967. Tarrant juga sempat memutar lagu berjudul Remove Kebab saat melakukan serangan.

Lagu ini dikenal sebagai lagu wajib mereka yang bergabung dalam kelompok sayap kanan kulit putih. Isinya, adalah upaya untuk menyingkirkan kaum imigran dan orang-orang Islam dari Eropa.

4. Khawatir Soal Kulit Putih

Belum diketahui apakah Tarrant bertindak seorang diri, atau bergabung dengan kelompok sayap kanan kulit putih. Tapi, lewat tulisan-tulisannya di Twitter, Tarrant diduga melakukan aksi biadab karena khawatir berlebihan dengan nasib kulit putih.

Tarrant khawatir, jumlah orang kulit putih akan semakin terdesak. Ia menyebut soal rasio kelahiran kulit putih yang rendah, di banding dengan jumlah imigran, terutama muslim, yang datang ke Eropa.

"Bahkan andai kita mengusir semua orang Non Eropa dari tanah kita, orang Eropa murni tetap akan menuju kepunahan," tulis Tarrant. (det/tbn)









×
Berita Terbaru Update