Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Kisah Menarik Berhaji Petugas Haji: Aneh, Kok Bisa Kesasar Naik Kereta VIP Tanpa Bayar (3)

Sunday, February 17, 2019 | 01:58 WIB Last Updated 2019-02-16T18:58:30Z
HUDA SABILY


HAJIMAKBUL.COM - Salah satu keanehan yang dialami Huda Sabily saat berhaji sekaligus jadi petugas haji adalah kemudahan dalam menjalankan ibadah. Hal aneh itu dia anggap datang dari Allah SWT.

Selain soal mencium Hajar Aswad, Huda yang wartawan Duta Masyarakat, juga bisa naik kereta eksekutif khusus untuk para pejabat saat akan melontar jumroh. Bukan karena dia petugas haji, mengingat identitas petugas harus ditanggalkan dengan memakai busana umroh tak berjahit. Ini benar-benar sedikit kenikmatan yang tak disangka-sangka. Ya bisa menikmati kereta eksekutif tanpa pemeriksaan yang super ketat. Karena sudah lelah, berjalan ber kilo-kilometer dan bermalam di Arafah, tiba-tiba seperti ada yang nuntun dia sudah berada di atas kereta.


"Tapi nggak enaknya, saat berada di atas kereta bingung sebab harus turun di Mina Jadid atau Arafah. Akhirnya mutusin turun di Mina Sani, begitu turun kereta, saya tanya askar di mana tempat lontar jumroh? Ehhh.... ternyata kebablasan sampai 5 kilo, akhirnya harus berjalan lagi 5 kilo menuju tempat lempar jumroh. Karena membawa paspor dan id card petugas di setiap perjalanan askar selalu mengarahkan harus jalan arah kemana menuju lontar jumroh, kurang lebih 1 jam berjalan akhirnya sampai tujuan dan Alhamdulillah bisa menunaikan syarat rukun haji," katanya kepada HajiMakbul.COm.

Bagi jamaah haji untuk bisa menaiki kereta umroh yang berada di atas tempat pelemparan jumroh di Mina memang tidak gampang karena selain kereta VIP juga kereta untuk jamaah haji yang mempunyai kartu khusus bagi jamaah yang berada di pemondokan 1 -2 di Mina.

Karena jamaah haji Indonesia berada di Maktab dekat dengan tempat pelemparan jumroh, dan bukan golongan jamaah yang mendapatkan prioritas pelayanan haji dari pemerintah Arab Saudi, jamaah haji diperbolehkan naik kereta khusus tersebut, jika membayar 200 real atau 600 ribu rupiah.

Tapi, tidak dengan Huda Sabily. Keharusan bayar dan mematuhi peraturan naik kereta jumroh rupanya tidak berlaku baginya karenanya dia bisa menikmati dan jalan-jalan bersama kereta jumroh dengan leluasa dan tanpa mendapatkan sensor dari extre detector serta mulus dari para penjaga kereta listrik yang super ketat.

Seperti biasanya, pagi-pagi sebelum berangkat melakukan tertib haji selanjutnya yakni melempar jumroh dan sekaligus menjalankan tugas peliputan di lokasi pelemparan jumroh, canda tawa bersama teman-teman MCH sambil ngopi, sarapan nasi uduk, dan dipungkasi menghisap sebatang rokok kretek, "Uenakkk poll," ujar salah satu kru MCH

Dalam sarapan pagi itu, tiba-tiba, terjadilah adu argumentasi antara kru MCH dan Huda, terkait tujuan bersama saat berada di tempat jumroh. Huda menginginkan sebelum melempar jumroh alangkah baiknya pergi liputan ke maktab jamaah terlebih dahulu yang berada di Mina. "Baru kita bareng-bareng melempar jumroh," ujarnya.

Namun, salah satu kru MCH Jeddah, tidak setuju dengan ide tersebut, lebih baik melempar jumroh sampai selesai, dan dilanjutkan pergi liputan kegiatan jamaah haji di maktab Mina. "Kalau semua kegiatan ibadah lempar jumroh selesai, baru liputan, dan pulang istirahat," ungkapnya

Sampai akhirnya salah satu kru MCH lainnya menengahi untuk berangkat bareng ke tempat pelemparan jumroh dan setelah sampai tempat kembali musyawarah masalah tersebut. Tapi, Huda merasa tidak puas dengan jawaban kru MCH itu, dan akhirnya dalam benaknya ingin tetap melakukan liputan dahulu pergi ke maktab di Mina.

Sebelum sampai tempat pelemparan jumroh, tepatnya saat berada di tangga menuju pelemparan jumroh, dia kehilangan jejak langkah tim MCH lainnya. Seorang diri dia menuju tempat pelemparan jumroh, rasa bingung dan berfikir kencang menyelimutinya.

Bersamaan bingung itu, Huda tetap melangkah dan terus mengikuti irama kaki jutaan jamah haji lainnya. Subhanallah, Huda baru sadar, dan ternyata sudah berada di dalam kereta listrik tesebut. "Lho, kok bisa saya masuk ke sini," katanya dalam hati dan heran.

Di dalam kereta listrik itu terdapat ribuan jamaah haji asal negara-negara Afrika dan Timur Tengah, seperti Iran, Turki, Libanon, Cina dan tidak ada satupun jamaah haji dari Indonesia.

Bingung bertambah cemas, akhirnya dia memutuskan untuk turun di stasiun Mina 1 yang merupakan maktab jamaah haji dari Timur Tengah. Tapi, anehnya, begitu turun, tidak satupun petugas kereta yang meminta tiket kereta, dia lolos dan berjalan nyantai keluar stasiun kereta.

Karena bingung harus kemana dan tidak tahu dimana maktab Indonesia berada, akhirnya, dia memutuskan untuk kembali ke tempat melempar jumroh, dan akan lewat setasiun kembali. Tapi, oleh petugas kereta tidak diperbolehkan naik kereta, karena harus mempunyai tiket atau tanda pengenal haji dari maktab.

Akhirnya, Huda putuskan untuk jalan kaki menuju tempat pelemparan jumroh yang berjarak 6 kilo meter. Ditengah perjalanan sempat diinterogasi polisi (askar), karena bingung dan berjalan berbalik arah, dan Alhamdulillah, tidak ada masalah, karena paspornya ada dalam tas serta selamat sampai tujuan pelemparan jumroh, hingga akhirnya, pulang ke pemondokan pukul 04.00 pagi. (Bersambung)
×
Berita Terbaru Update