Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Innalillahi wa Innailaihi Rajiun, Kiai Maimoen Zubair Wafat di Makkah

Tuesday, August 6, 2019 | 10:12 WIB Last Updated 2019-08-06T03:12:05Z


HAJIMAKBUL.COM - Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Umat Islam, khususnya dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU), berduka. Ulama sepuh KH Maimoen Zubair wafat di Makkah, Arab Saudi, Selasa (6/8/2019) hari ini sekitar pukul 04.17 waktu setempat. Mbah Moen--panggilan ulama kharismatik ini-- wafat pada usia 90 tahun.

Berita duka tersebut dibenarkan oleh Wakil Ketua Umum PPP Arwani Thomafi saat dikonfirmasi oleh wartawan. "Innalillahi wa innailaihi rajiun. Iya benar," kata Arwani.

Informasi yang dihimpun dari sejumlah sumber, Mbah Moen wafat di RS An Noor Alfatihah, Arab Saudi. KH Maimoen Zubair lahir di Sarang, Rembang, pada 28 Oktober 1928. Beliau mengasuh pesantren al-Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah.

Dikutip dari situs Nahdlatul Ulama, Mbah Moen merupakan putra dari Kiai Zubair, Sarang, seorang alim ulama dan faqih. Dia juga murid dari Syaikh Sad al-Yamani serta Syaikh Hasan al-Yamani al-Makky.

Beliau mengaji di Pesantren Lirboyo, Kediri, di bawah bimbingan Kiai Abdul Karim. Selain itu, selama di Lirboyo, Beliau  juga mengaji kepada Kiai Mahrus Ali dan Kiai Marzuki.

Pada umur 21 tahun, KH Maimoen Zubair melanjutkan belajar ke Makkah Al Mukarromah. Perjalanan ini didampingi oleh kakeknya sendiri, yakni Kiai Ahmad bin Syuib. Di Makkah, Kiai Maimoen Zubair mengaji kepada Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki, Syekh al-Imam Hasan al-Masysyath, Sayyid Amin al-Quthbi, Syekh Yasin Isa al-Fadani, Syekh Abdul Qodir al-Mandaly dan beberapa ulama lainnya.

Kiai Maimoen juga meluangkan waktunya untuk mengaji ke beberapa ulama di Jawa, di antaranya Kiai Baidhowi, Kiai Ma'shum Lasem, Kiai Bisri Musthofa (Rembang), Kiai Wahab Chasbullah, Kiai Muslih Mranggen (Demak), Kiai Abdullah Abbas Buntet (Cirebon), Syekh Abul Fadhol Senori (Tuban), dan beberapa kiai lain. Kiai Maemoen juga menulis kitab-kitab yang menjadi rujukan santri. Di antaranya, kitab berjudul Al-Ulama Al-Mujaddidun.

Selepas kembali dari tanah Hijaz dan mengaji dengan beberapa kiai, Kiai Maimoen kemudian mengabdikan diri untuk mengajar di Sarang, di tanah kelahirannya. Pada 1965, Kiai Maimoen kemudian istiqomah mengembangkan Pesantren al-Anwar Sarang. Pesantren ini, kemudian menjadi rujukan santri untuk belajar kitab kuning dan mempelajari turats secara komprehensif.

Selama hidupnya, Kiai Maimoen memiliki kiprah sebagai penggerak. Ia pernah menjadi anggota DPRD Rembang selama 7 tahun. Selain itu, Beliau juga pernah menjadi anggota MPR RI utusan Jawa Tengah. Kini, karena kedalaman ilmu dan kharismanya, Kiai Maimoen Zubair diangkat sebagai Ketua Dewan Syuro Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Politik dalam diri Kiai Maimoen bukan tentang kepentingan sesaat, akan tetapi sebagai kontribusi untuk mendialogkan Islam dan kebangsaan. Demikianlah, Kiai Maimoen merupakan seorang faqih sekaligus muharrik, pakar fiqh sekaligus penggerak dalam kemajuan Islam dan bangsa Indonesia. (gas/nuo/mdk)
×
Berita Terbaru Update