Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Indahnya Saling Bantu saat Berhaji, Indahnya Juga Negara Muslim Bersatu

Monday, August 12, 2019 | 16:29 WIB Last Updated 2019-08-12T09:29:18Z

 Syamsuri dan Mustatir

"Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.” (HR. Muslim).

HAJIMAKBUL.COM - Substansi haji selain ketaatan kepada Allah SWT dengan cara menjalankan ritual ibadah haji --guna mengenang ketaatan Nabi Ibrahim AS, Nabi Ismail AS, dan Bunda Siti Hajjar--, juga simbolisasi pentingnya muslim seluruh dunia bersatu. Solid. Berukhuwah Islamiyah. Dengan kiblat yang sama. Saling bantu membantu, dan sejenisnya. Dalam skala besar, negara muslim--juga negara dengan mayoritas penduduk muslim--agar saling bantu. Bukan saling serang. Dan tidak ngajak perang.

Meski masih jauh panggang dari api, tetap harus diusahakan untuk akur dan solid. Dan sebenarnya Arab Saudi yang harus memelopori, tapi tampaknya sulit sebab negara kerajaan ini masih berkonflik dengan negara Islam lain.

Dalam skala kecil, bisa dilihat dari jamaah haji sendiri. Di antara jamaah haji, misalnya, berebut saat tawaf. Apalagi saat ingin mencium Hajar Aswad. Ini juga refleksi dari kondisi riil umat Islam. Namun harus dilihat juga kondisi riil yang lain di mana sesama jamaah haji saling menolong. Ini yang harus dicontoh. Diperbanyak. Dikloning. Disosialisasikan.

Sahabat Berhaji

Salah satu contoh itu adalah Syamsuri (70) yang asal Kedungreja dan Mustatir (53) asli Sidareja. Mereka  bertemu saat akan berangkat untuk lontar jumrah Aqabah,  tepatnya jelang masuk terowongan Muaeshim, Minggu (11/08/2019). 

Mustatir mendapati Syamsuri sedang membantu istrinya yang tengah kelelahan. Syamsuri sendiri kondisinya tidak jauh beda. Nafas tersengal.  Lelah. Sangat lelah.

Setelah mendapat perawatan pertama,  istri Syamsuri akhirnya dievakuasi petugas kesehatan untuk dapat tindakan lanjutan. Aqabahnya dibadalkan oleh sang suami yang melanjutkan perjalanan bersama Mustatir.

Aqabah dijalani. Keduanya lalu menuju arah Mina melalui jalur lantai 3; berharap segera bertemu istri,  lepas ihram yang sudah dikenakan tiga hari. 

Sayang, fisik Syamsuri tidak sekuat Mustatir. Lutut kanannya terasa sakit setiap dibawa jalan lebih dari lima menit. Sempat diperiksa tenaga kesehatan haji Indonesia (TKHI) yang lewat, tapi sepertinya sakit itu masih suka kumat. 

Syamsuri dan Mustatir memutuskan untuk istirahat. Berharap ada petugas bawa kursi roda yang belum ada penumpangnya. 

Keduanya sedang duduk di pinggir jalan, saat petugas bertemu mereka, 100 meter jelang masuk terowongan. Syamsuri mengeluh, tidak kuat berjalan karena kaki kanannya sakit (dengkul). Sayang, petugas yang menghampiri juga tanpa kursi roda yang diharapkannya. 

Jalur Mina Jamarat memang hanya bisa ditempuh jalan kaki. Moda kursi roda boleh, tapi jumlahnya tidak sebanding dengan jamaah yang membutuhkan. 

Setelah menerima penjelasan, Syamsuri memutuskan berjalan pelan, semampunya, dibantu Mustatir dan satu petugas haji yang mengapit kiri kanannya. 

Ketiganya berjalan perlahan. Seringkali Syamsuri nampak tertatih menahan sakit. Kemampuan lutut kakinya semakin terbatas menahan beban tubuh, di usianya yang mencapai 70 tahun. Rerata tiap berjalan pelan sekira 20meter, Syamsuri minta berhenti, lalu duduk, selonjorkan kaki untuk dipijiti. 

Mustatir tampak setia menemani. Diambilkannya minuman yang tersedia di banyak tempat terowongan yang mengarah ke Mina. Sesekali tampak dia ikut bergantingan dengan petugas, untuk memijat kaki sohibnya. 

Demikian dan seterusnya. Terhitung, sekira 10 kali mereka duduk beristirahat untuk alasan yang sama. Mustatir setia. Dibantunya Syamsuri setiap kali akan berdiri karena itu menjadi adegan tersulit baginya.

 "Aduh, sakit," sering Syamsuri mengeluh saat akan berdiri. Mustatir tak sungkan membantu, sediakan tangannya untuk jadi pegangan. 

Perjalanan dilanjutkan hingga menjelang ujung terowongan. Tetiba, Mustatir berkata, "Bapak namanya siapa?" yang kemudian dijawab pria 70 tahun yang kurang sehat itu dengan menyebutkan namanya. "Syamsuri. Kalau bapak?" 

"Saya Mustatir," jawabnya. 

Sontak petugas haji yang mendengar percakapan keduanya kaget. Lho, mereka ternyata belum saling kenal nama. Namun, itu tak menghalangi keduanya untuk saling membantu satu dengan lainnya. 

Ya... Tetap saling bantu, meski tak saling kenal. Oleh petugas, keduanya dibawa ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia untuk diperiksa kesehatannya. 

Semoga lekas sehat dan beroleh haji mabrur. Aamiin. (kemenag.go.id/gatot susanto)
×
Berita Terbaru Update