Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Bisnis Ala Nabi SAW, Jangan Hanya Umrah dan Haji Ya! (1)

Friday, August 23, 2019 | 10:46 WIB Last Updated 2019-08-23T03:46:26Z


HAJIMAKBUL.COM - Umat Islam harus mencontoh aktivitas Nabi Muhammad SAW. Berdakwah menyebarkan agama Islam sekaligus bekerja mencari nafkah bagi keluarganya.

Konsep bekerja Nabi SAW ini ternyata banyak di bidang bisnis. Berdagang. Rasulullah SAW merupakan contoh entrepreneur sejati. Karena itu umat Islam harus pula berbisnis.

Ya menjadi pebisnis seperti dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Bisnis yang dimaksud di semua sektor yang halal.

Namun sepertinya umat Islam masih banyak menggeluti bisnis di sekitar Islam sendiri. Belum jauh menembus sektor lain yang banyak dikuasai nonmuslim. Bahkan bisnis di sektor umat Islam sendiri banyak dilakukan oleh nonmuslim. Umat Islam hanya sebagai objek pemasaran. Masih menjadi pasar. Bukan produsen. Bukan pebisnis.

Salah satu yang jadi rebutan adalah bisnis di sektor haji dan umrah. Saat bisnis ini memasuki era digital, umat Islam yang menjadi pelaku bisnis umrah dianggap gagap teknologi. Buktinya, saat Pemerintah RI bekerjasama dengan Arab Saudi untuk menggencarkan masyarakat  beribadah umrah dengan layanan cepat dengan aplikasi digital,yang digandeng bukan pelaku bisnis umrah yang sudah ada sekarang. Tapi pelaku bisnis digital atau platform bisnis umum yang sudah merajai bisnis ini.

Karena itu, sempat heboh, Traveloka dan Tokopedia yang isunya milik konglomerat nonmuslim, akan masuk ke bisnis ini. Pemerintah yang sudah meneken kerjasama dengan Arab Saudi sepertinya lebih sreg menggandeng dua pebisnia digital itu. Namun akhirnya masalah ini terantuk pada UU Haji dan Umrah.

Berkaca dari kasus ini, seharusnya pengusaha muslim yang bergerak di bidang haji dan umrah cepat tanggap, bahwa penguasaan teknologi sangat penting untuk memaksimalkan layanan kepada jamaah haji dan umrah. Bukan hanya memikirkan keuntungan saja. 

Yang harus dipahami, pelaku bisnis ini sudah banyak, bahkan dari kalangan artis terkenal, sehingga masyarakat berhak mendapat layanan yang baik. Bukan layanan apa adanya. Apalagi tipu-tipu yang membuat jamaah merugi jutaan rupiah. Ini yang terjadi bila pebisnis mengaku muslim tapi tidak amanah. Tidak syariah. Tidak meniru bisnis yang dicontohkan Nabi SAW. 

Padahal trust, ya amanah itu, adalah kunci sukses bisnis. Sukses dunia akhirat. Sebab bisnis ala Nabi SAW berbuah keuntungan akhirat. Siapa yang tidak ingin mendapat keuntungan akhirat? Dan siapa pula yang hanya mengejar keuntungan dunia pasti berujung petaka. Itulah yang terjadi pada sejumlah pebisnis umrah dan haji yang sekarang masuk penjara karena menipu jamaahnya sendiri. Naudzubillah!

Belajar dari Syahrul Gunawan

Saat ini banyak artis membuka bisnis haji dan umrah. Kita berharap mereka amanah. 

Salah satunya dilakukan artis Sahrul Gunawan.  Kantor jasa umrah yang terletak di bilangan Jalan Fatmawati  Jakarta adalah milik pesinetron terkenal itu.

Pesinetron yang terkenal berkat serial Jin dan Jun di era tahun '90-an itu jadi satu dari sedikit pesohor yang serius menjalani pelayanan umrah dan haji. Dia merintis bisnis mulai dari bawah. Harus jatuh bangun. Padahal dia artis top. 

Sahrul mengungkapkan alasan memilih mendirikan jasa pelayanan umrah dibandingkan pesohor lain yang berbisnis sejalan dengan status keartisannya. Syahrul tidak bisnis misalnya agen calon artis, kursus akting, busana atau make up, atau production house yang membuat sinetron, seperti artis lain. Tampaknya dia ingin bisnis yang berbuah pahala akhirat.


Semua itu, kata dia, ternyata berawal dari rasa kekecewaan. Kecewa pada pelaku bisnis umrah yang suka tipu-tipu. Dan Syahrul pernah jadi salah satu korbannya.

"Saya dikecewakan oleh travel yang memberangkatkan saya ke Tanah Suci pada 2001 lalu,” kata Sahrul saat disambangi CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu. 

Saat itu, Syahrul kerap pergi ke Tanah Suci karena keinginan sendiri dan diberangkatkan oleh perusahaan jasa umrah dan haji. Namun, tiap kali berangkat, tiap kali pula Syahrul merasa yang didapat tak sesuai dengan yang dijanjikan. 

“Kami sebagai konsumen selalu diberikan arahan dari ustadz dan pembimbing untuk refleksi dan harus sabar. Benar memang, tapi saya juga pikir ada yang salah. Tidak seharusnya pelayanan bisnis di pariwisata religi ini seperti itu," katanya.

Berawal dari kekecewaan ini, Syahrul memilih mendirikan sendiri jasa umrah yang ia beri nama AFI Tour pada 2005. Ia pun mengeluarkan modal Rp2,5 miliar untuk memulai usaha tersebut. Setahun kemudian, dia berani memberangkatkan 100 peserta umrah.

Kala itu, ia membuka bisnis perjalanan secara umum, mulai dari tiket, akomodasi perhotelan, dan umrah serta haji. Selang setahun, pemain sinetron Pernikahan Dini itu memutuskan fokus pada umrah dan haji karena lebih menguntungkan.

Bagi Syahrul, Indonesia yang memiliki penduduk mayoritas Muslim jadi peluang besar. Ia pun mengaku pengelolaan uang umrah dan haji lebih mudah lantaran calon jamaah baru dapat berangkat bila sudah lunas.



Rugi Rp10 Miliar

Terkenal hingga ke seluruh lapisan masyarakat Indonesia diakui Syahrul jadi keuntungannya dalam menjalani bisnis umrah dan haji. Ia jadi lebih mudah promosi.

"Ya semuanya dimanfaatkan, figur iya, saya juga di sini sebagai ikon juga. Pada saat sosialisasi saya ikut memperkenalkan," tutur Syahrul.

Namun popularitas tak menjamin Syahrul selalu untung. Pada 2013, ia pernah mengalami kerugian besar hingga Rp10 miliar. Sebagai akibatnya, Syahrul sampai harus menjual mobil, rumah, dan apartemen yang ia miliki.


Kerugian itu sebabnya karena kealpaan dia soal kuota haji yang telah ditetapkan pemerintah saat itu. Karena kepalang tanggung sebab sudah telanjur menyanggupi memberangkatkan 104 jamaah dan tak bisa mengakali peraturan pemerintah, maka ia pun harus ganti rugi.

Uang jamaah sebesar US$9.500 per kepala beserta tiket pesawat, hotel, katering, tenda, dan semua keperluan di Makkah juga Madinah harus ditalangi Syahrul.

“Bayangkan saja totalnya, dan saya harus mengembalikan dalam waktu satu bulan. Untung saya enggak bunuh diri ya, alhamdulillah saya masih punya iman," tutur Syahrul. Inilah risiko. Bisnis syariah harus berani menanggung risiko rugi. Bukan hanya cari untung saja. Saat ini banyak pelaku bisnis yang mengaku syariah tapi ketika rugi tidak mau ikut menanggungnya. 


Perlahan tapi pasti Syahrul pun bangkit dan kembali menata bisnisnya dengan penuh kehati-hatian. Kini, bisnisnya pun sudah terkenal hingga ke pelosok daerah.

Dua tahun terakhir, Sahrul sudah tak lagi promosi menggunakan media massa. Ia lebih banyak merekrut agen di daerah-daerah guna menjaring jamaah. Kini, ia sudah memiliki 35 kantor mitra di berbagai daerah.

"Kalau ada judul sinetron Para Pencari Tuhan, kalau saya PPJ, para pencari jemaah," ucap Syahrul.

Meninggalkan Keartisan

Bukan hanya agama, masyarakat Indonesia yang beragam ternyata jadi peluang pula bagi Syahrul. Ia menyebut, mayoritas jamaahnya datang dari pelosok daerah. Bahkan, beberapa tahun lalu, Syahrul mengaku 60 persen jamaah yang ia berangkatkan berasal dari Sulawesi.

Syahrul tak sungkan mengakui ia kini mengincar Indonesia Timur seperti Papua. Menurut dia, banyak Muslim di Papua yang memiliki kemampuan finansial cukup besar dan menaruh minat besar pada umrah.

"Ada suatu daerah yang ternyata mengandalkan dari hasil bumi. Pada saat mereka panen, ada yang bawa duit segepok-gepok sampai dimasukkan ke dalam karung. Pokoknya, mereka itu begitu datang, ditawarin apa aja nih pasti dibeli, termasuk umrah," kata Syahrul.

"Market saya sebetulnya luas sih, saya lebih senang mengurusi orang-orang daerah dibanding kota. Ya mungkin juga karena masih tertarik dengan keartisan saya. Dan saya juga merasa lebih berkah," lanjutnya.

Bisnis Syahrul yang awalnya hanya memberangkatkan sekitar 100 jamaah satu dekade lalu, kini melonjak tajam dengan memberangkatkan 4.500 jamaah umrah tahun ini. Syahrul meningkatkan target itu agar tahun depan mampu mencapai lima ribu jamaah.

Dengan jumlah jamaah meningkat, setidaknya Syahrul dapat mengantongi pendapatan kotor Rp103,5 miliar bila pelanggannya hanya memilih paket paling rendah yaitu Rp23 juta per orang. Ini harga saat itu.

Faktanya, Syahrul menyediakan sejumlah paket mulai dari Rp23 juta per orang hingga Rp47,9 juta.

Atas pendapatan itu, Syahrul pun mengaku menjadi pebisnis umrah lebih ‘gemerlap’ dan menguntungkan ketimbang menjadi selebriti.

"Kalau di umrah saya melihat jangka panjangnya, kalau artis ya sudah harus menyadari lah bahwa memang saya udah enggak di situ lagi," kata Syahrul. (gatot/cnni)


×
Berita Terbaru Update