Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Kisah Haji Tamu Raja Arab Saudi (2): Sempat Disekap di Makkah, Ada Apa?

Thursday, June 20, 2019 | 12:30 WIB Last Updated 2019-06-20T05:30:08Z
                                Toko-toko tutup saat waktu salat tiba. Tapi penjaga toko
                                belum tentu salat lo ya.

Musim haji pun tiba. Kloter pertama jamaah haji Indonesia akan bertolak menuju Madinah pada Minggu 7 Juli 2019. Sekarang para jamaah sibuk memantapkan manasik dan menggelar acara  selamatan  atau doa bersama mengundang warga sekitar. Menyambut musim haji tahun ini, Redaksi  Hajimakbul.com dan Global News menurunkan catatan pengalaman koresponden media ini, Achmad Supardi, yang pernah berhaji khusus atas undangan Raja Arab Saudi. Achmad Supardi yang pernah menjadi wartawan Harian Sore Surabaya Post sekarang menempuh pendidikan S3 di School of Communication and Arts, The University of Queensland, Australia.

Oleh: Achmad Supardi

HAJIMAKBUL.COM – Hotel tempat menginap kami sangat baik kondisinya. Makanan pun melimpah. Saat itu saya belum terbiasa dengan makanan-makanan otentik Arab. Apalagi saya juga tidak suka kambing. Klop, deh!

Lantas, apakah saya menderita? Tidak, dong. Menu ayam dan telur banyak. Belum lagi aneka buah, kue-kue, dan susu. Semua itu lebih dari cukup untuk memberi saya energi dan memenuhi rasa ingin tahu.

Untuk ke Masjidil Haram, hotel menyediakan shuttle dalam bentuk kendaraan tanggung macam elf atau Bison. Ah, sepertinya lebih besar. Kadang saya pakai jasa shuttle ini, sering pula saya jalan kaki dari hotel ke masjid. 

Sebagai orang dengan kemampuan spasial yang buruk, saya sukses dong. Sukses tersesat, hahaha. Boleh dong haji tamu raja Arab Saudi tersesat hehehe. Tapi seperti pernah dikatakan salah satu paman saya, kita ini dilengkapi dengan “klakson” yang bisa dipakai saat diperlukan. Maka saya pakailah “klakson” saya itu. 

Saya datangi kerumunan polisi dan saya tunjukkan gelang saya kepada mereka. Ada sebagian dari mereka yang tertawa. Mungkin melecehkan. Mungkin tidak percaya. Setelah saya baca dengan seksama dan saya tanya artinya ke teman yang bisa berbahasa Arab, gelang itu bertuliskan “tamu raja” dan nama hotel kami. Mungkin si polisi tadi tidak percaya: orang dekil begini kok mengaku tamu raja? Hahaha.

Saat berjalan santai dari hotel ke masjid, saya sempat mampir ke sebuah toko. Belum lama melihat-lihat, tiba-tiba saya disergap. Saya diseret masuk toko lalu para penjaga toko segera menutup toko mereka. Gelap. Mereka melarang saya bicara. Apakah saya korban penyekapan? Apakah saya tampak seperti orang kaya sehingga diculik? Tunggu punya tunggu, ternyata saya tidak diapa-apakan. Bukan diculik.

Jadi ini apa?

Ternyata, saat saya berada di toko tadi sudah masuk waktu Dhuhur. Ketika masuk waktu sholat, semua toko harus ditutup dan semua orang berhenti beraktivitas. Harapannya, ya semua orang akan sholat tepat waktu. 

Ternyata sejatinya tidak demikian. Setelah toko ditutup beberapa lama, para penjaga yang berperawakan Asia Selatan itu kembali membuka tokonya. Mereka tidak sholat. Hanya menutup toko saja. Setelah itu saya pun dibiarkan melenggang tanpa dimintai uang tebusan, hahaha. Padahal saya haji tamu raja Arab Saudi lo ya hahaa.

Sholat itu memang masalah kesadaran, bukan paksaan. Dan bagi kita, tidak usah mudah gumun (terkesima). Toko-toko dan kantor-kantor memang tutup di saat masuk waktu sholat, tapi tak ada jaminan penghuninya benar-benar sholat. (Bersambung)

×
Berita Terbaru Update