Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Calon Haji Kesulitan Perekaman Biometrik, Biaya Akan Tambah Lagi?

Thursday, February 14, 2019 | 06:35 WIB Last Updated 2019-02-13T23:45:01Z

HAJI MAKBUL.COM - Calon jamaah haji atau umrah Indonesia menghadapi persyaratan yang lebih rumit untuk bisa menunaikan ibadah di Tanah Suci Pasalnya saat ini calon jamaah haji harus melakukan perekaman biometrik sebagai syarat mengurus visa haji atau umrah. Perekaman biometrik akan menyulitkan calon jamaah haji karena infrastrukturnya belum merata di seluruh daerah di Tanah Air.

"Bisa dibayangkan biaya yang dikeluarkan calon jamaah haji bila harus mengurus biometrik. Jamaah asal Malaku harus ke Jakarta atau Surabaya, biaya tiket pesawatnya berapa? Apa tidak bisa memakai data yang dimiliki Kementerian Dalam Negeri agar tidak menyulitkan calon jamaah haji," kata calon jamaah haji asal Jombang, Ali Mochtar.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani juga sibuk mencari solusi atas masalah biometrik ini. Menko Puan berharap layanan biometrik jemaah haji di dalam negeri dapat diperbanyak minimal dua kali lipat dari jumlah yang beroperasi saat ini.

Tahun 2018 lalu, kata Puan, pemerintah telah menyediakan fasilitas perekaman biometrik yang bisa melayani 70 ribu jemaah.

“Pak Menag (Menteri Agama,red), usahain lagi, tahun ini minimal bisa dua kali lipat,” kata Puan, seperti dikutip dari laman Kemenag, Rabu, 13 Februari 2019.

Pada 2018, tiga embarkasi telah menerapkan fasilitas biometrik. Tiga embarkasi itu adalah embarkasi Jakarta Pondok Gede (JKG), Jakarta Bekasi (JKS) dan Embarkasi Surabaya (SUB).

Sementara jemaah embarkasi lain masih melakukan proses verifikasi akhir di Bandara Madinah dan Jeddah berupa perekaman satu sidik jari dan pengecapan paspor kedatangan.

“Dari 221 ribu kuota yang kita miliki, baru tahun lalu itu kita bisa memberlakukan bagi 70 ribu jemaah dari embarkasi di Indonesia, dicap nya itu di Indonesia. Pas mau naik pesawat itu dicap, kemudian setelah turun dari pesawat, tidak lagi antri di imigrasi,” kata Puan.

Puan berharap kementerian dapat bersinergi sehingga penyelenggaraan ibadah haji dapat masuk kategori sangat memuaskan.

Kementerian Agama (Kemenag) juga berupaya melakukan negosiasi ke Pemerintah Arab Saudi terkait kebijakan biometrik sebagai syarat dikeluarkan visa bagi calon jemaah haji dan umroh.

"kita tetap berharap, bahwa seperti tahun lalu perekaman biometrik itu dilakukan menjelang jemaah haji (saat) bertolak ke Tanah Suci dari Tanah Air atau pada saat jemaah sudah tiba apakah di Bandara Jeddah atau Madinah," ujar Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin di Hotel The Sultan, Jakarta, Kamis, 7 Februari 2019.

Upaya keberatan itu disampaikan berbagai cara oleh Kemenag. Mulai dari menyampaikan secara lisan dan tertulis.

" Mudah-mudahan Pemerintah Saudi Arabia mendengar dan mengabulkan kehendak Pemerintah Indonesia yang merupakan aspirasi seluruh jemaah haji kita dan jemaah umroh," ucap dia.

Lukman menyebut, kebijakan biometrik itu akan merepotkan calon jemaah haji dan umroh. Sebab, letak geografis Indonesia berbentuk kepulauan.

" Tentu ini sangat merepotkan jemaah haji dan umroh, karena tempat rekaman biometrik hanya terbatas jumlahnya, keberadaaannya hanya di kota-kota besar saja," kata dia.

Seandainya pemerintah Arab Saudi bersikeras dengan kebijakan rekam biometrik sebagai syarat dikeluarkan visa, Lukman berharap, kebijakan tersebut tidak diterapkan tahun ini.

" Posisi pemerintah Indonesia memohon untuk tidak menerapkan kebijakan ini pada saat ini, karena infrastrukturnya belum tertata dengan baik, tadi itu tempat-tempat perekaman biometrik belum tersebar merata di seluruh wilayah kita yang begini luas. Itu akan menimbulkan kesulitan," ucap dia.

Sementara itu, Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin, mengungkapkan jika Indeks Kepuasaan Jemaah Haji Indonesia 2018 yang disajikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) meningkat tiap tahun.

“Indeks kepuasan jemaah haji Indonesia 2018 sebesar 85,23. Ini kali pertama menyentuh angka 85. Artinya, ini capaian terbaik dalam sejarah penyelenggaraan haji Indonesia,” kata Lukman.

“Ini sesuatu yang kita syukuri. Tapi kita juga bersabar untuk memenuhi hal yang masih banyak ingin kita capai. Semoga kinerja kita akan lebih baik di tahun ini,” ucap dia menambahkan. (gas)

#regulasihaji #kemenag #biometrik
#syarathaji



×
Berita Terbaru Update