Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Islam Berkembang Pesat di Tiongkok, Ada Kota Islam Terbesar di Dunia

Tuesday, June 11, 2019 | 02:00 WIB Last Updated 2019-06-10T19:00:04Z


HAJIMAKBUL.COM - Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj pernah menyindir Pemerintah RI yang mungkin kurang perhatian pada situs peninggalan para ulama penyebar agama Islam. Khususnya makam atau jejak sejarah dakwah Islam di nusantara.

Saat itu KH Said Aqil Siroj bersama rombongannya tengah berziarah ke Makam Laksamana Haji Muhammad Cheng Hoo di Quanzhou Provinsi Fujian. Kang Said---panggilan akrab Beliau--membandingkan perhatian Pemerintah negara Tiongkok terhadap makam Cheng Hoo. Apalagi makam Cheng Hoo menjadi destinasi wisata religi di Tiongkok.

Ada dua analisa mengapa Pemerintah peduli pada makam Cheng Hoo. Pertama, faktor sumbangsih Cheng Hoo pada negaranya. Cheng Hoo adalah tokoh atau bahkan pahlawan yang kebetulan beragama Islam--agama minoritas di Tiongkok. Jasa-jasa Cheng Hoo, terutama dalam tujuh kali pelayaran muhibahnya yang sangat bersejarah mengunjungi negara- negara di Asia, Afrika, bahkan Amerika. Konon penemu benua Amerika bukan Columbus tapi pelaut asal Tiongkok.

Kedua, faktor ekonomi. Makam dan jejak sejarah kebesaran Cheng Hoo dan kampung muslim serta makam tokoh Islam di Tiongkok sekarang menjadi perhatian umat untuk menziarahinya. Tiongkok pun menggenjot sektor wisata dari destinasi wisata religi ini. Apalagi Islam termasul berkembang pesat di negeri Tirai Bambu itu.

Bukan hanya jejak sejarah Cheng Hoo dan ulama asal Arab, tapi juga pembangunan permukiman muslim. Bahkan,  menurut Imron Rosyadi Hamid, Rais Syuriyah PCINU Tiongkok, dalam tulisannya, sekarang tengah dibangun Hui Cultural Park. Dan tahun depan (2020) merupakan tahun terakhir pembangunan Hui Cultural Park. 

Ini merupakan pengembangan pembangunan tahap pertama (2001-2005) setelah selesai diresmikan. Dibangun di atas lahan seluas 67 hektare di Yongning Kota Yinchuan, Hui Culture Park didesain khusus sebagai "jembatan peradaban China dan Arab" (Sino Arabic Cultural Bridge) sehingga jangan heran jika di tempat ini banyak ditemui tulisan transliterasi Tiongkok ke tulisan Arab.

 Hui Culture Park dibangun dengan biaya 3,5 miliar dolar Amerika (sekitar 45 triliun rupiah). Hui merupakan nama etnis Muslim yang tinggal di sisi barat utara Tiongkok dan menjadi etnis yang mampu melakukan akulturasi antara Islam dan budaya Tiongkok.

Di zaman Soekarno, ada satu tokoh Hui bernama Dapusheng yang sangat berjasa membangun komunikasi antara muslim China dan Indonesia. Selain dibangun masjid-masjid dengan arsitektur ala Taj Mahal dan Timur Tengah, Hui Culture Park dilengkapi museum, taman-taman raksasa dan berbagai fasilitas lain termasuk tempat pameran atau expo dan restoran halal.

 Jadi kalau sekarang ada pihak-pihak yang terus mengembangkan isu bahwa Tiongkok menindas Islam, maka Hui Culture Park akan membantah semua tuduhan itu.

Sunan Cheng Hoo

Kang Said juga memuji Pemerintah Tiongkok dalam merawat peninggalan Islam. Nama besar Laksamana Cheng Hoo juga terus dikenang dan dihormati pemerintah setempat. Kompleks makam Cheng Ho di Quanzhou Provinsi Fujian saat ini tampak megah. Berbagai fasilitas publik dibangun sehingga menjadi daerah tujuan wisata religi yang nyaman dikunjungi.

Mirip makam- makam para sunan atau wali di Indonesia, makam Laksamana Cheng Hoo berada di luar kota. Dari Kota Quanzhou kira- kira satu jam perjalanan. Letaknya di dataran tinggi. Menuju lokasi harus melewati jalan menanjak yang indah, lalu meniti lima puluh anak tangga. Sesampai di atas, posisi makam di tengah tanah datar segi empat yang  luasnya kira& kira tiga puluh meter persegi. Di lokasi tersebut cuma ada makam Laksamana Cheng Hoo saja.

“Kami menikmati ziarah tokoh besar muslim dunia ini. Di batu nisannya, tertulis kalimat ‘bismillahirrahmanirrahiim’. Kiai Said Aqil pun memimpin tahlil, kami mengikuti,” ujar  KH Sulthon Fathoni--wakil sekjen PBNU.

Usai tahlil Kiai Said Aqil mengatakan, “Saya meyakini Laksamana Cheng Hoo adalah waliyullah. Pengaruhnya tak hanya di China namun hingga ke Cirebon berkah hubungan baiknya dengan Sunan Gunung Jati,” jelasnya.

Menurut Kiai Said Aqil, saat masuk Cirebon, Laksamana Cheng Hoo menemui Sunan Gunung Jati dan menyampaikan bahwa dalam rombongannya terdapat juga orang- orang yang beragama Islam. Kemudian rombongannya ia tempatkan di dua lokasi yang terpisah.

Kiai Said Aqil pun kagum dengan  pemerintah Tiongkok dalam merawat makam Laksamana Cheng Hoo. Ia berharap Indonesia bisa lebih serius lagi menjaga makam para wali. “Pemerintah perlu  bertanggung jawab dan merawat makam -makam Walisongo. Jangan dibiarkan hancur, kumuh, tak terawat, minim fasilitas. Kita ini mayoritas muslim masak kalah dengan China,” tegasnya. (Gatot Susanto)


×
Berita Terbaru Update