Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Hari Persaksian

Sunday, April 21, 2019 | 07:47 WIB Last Updated 2019-04-21T00:47:58Z

Oleh Ustad Arafat


HAJIMAKBUL.COM - Bangsa Indonesia baru saja mengelar pemilu! Tepatnya hari Rabu 17 April 2019, kita bersama-sama sudah menunjuk para wakil rakyat, serta memilih presiden dan wakilnya untuk Indonesia tercinta. Lalu bagaimana cara kita menentukan pilihan?

Syeikh Yusuf Qardawi telah menerangkan, bahwa pemilu adalah bagian dari pemberian kesaksian seperti dijelaskan surat At-Thalaq ayat 02. Di atas kertas suara, setiap pribadi muslim akan menjadi saksi terhadap siapa yang layak memimpin negeri, atau siapa yang layak diganti. 

وَأَقِيمُوا الشَّهَادَةَ لِلَّهِ

"Dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah."

Oleh karena itu, hati-hati dengan pilihan kita. Jangan main-main, karena mempermainkan pemilu sama dengan mempermainkan ayat Al-Quran yang telah mengatur tentang persaksian.

Jangan juga menjadi golput, dan menganggap pemilu ini kurang penting. Sebab Al-Quran pula yang mewajibkan kita hadir dalam memberi kesaksian tersebut. Termaktub dalam surat Al-Baqarah ayat 282,

وَلَا يَأْبَ الشُّهَدَاءُ إِذَا مَا دُعُوا

"Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil."

Maka kita harus saling memaklumi, jika setiap orang tidak memberikan pilihan yang sama. Karena apa yang mereka saksikan juga tidaklah sama.

Seperti yang terjadi pada seorang kawan, ia menyaksikan sendiri bagaimana atasan di kantornya hampir setiap hari menggalang dukungan pada salah satu calon secara terang-terangan, dan menyebarkan berita tidak baik tentang calon yang lain.

Padahal menurut peraturan, setiap Aparatur Sipil Negara harus bersikap netral, tanpa memandang bawahan atau atasan. Dari apa yang terjadi itu, tentu kelak ia memberi kesaksian di atas kertas suara pemilu menurut apa yang ia lihat secara langsung. 

Saya pun, insya Allah memberi kesaksian sesuai dengan yang saya alami. Suatu malam beberapa warga datang ke rumah mengadukan tindakan tak terpuji seorang tokoh masyarakat di lingkungan kami. 

Sang tokoh secara terang-terangan membagikan sembako berupa beras dan minyak goreng disertai amplop berisi uang, kepada warga di sekitar. Pemberian itu tidak cuma-cuma, melainkan dengan timbal balik memilih calon gubernur tertentu. Money politic!

Warga tak bisa berbuat banyak. Pengaduan mereka kepada yang terkait tidak ditanggapi. Seakan-akan perbuatan tersebut tak tersentuh hukum. Kami hanya bisa pasrah. Belakangan kami baru menyadari, hal ini terjadi di banyak tempat di penjuru kota.

Tampaklah bagi saya, hal tersebut pasti disokong dana yang sangat besar, serta perangkat yang kuat dan terencana. Tak masuk akal jika hanya perbuatan tidak jujur dari satu atau dua individu saja. Dari pengalaman ini, insya Allah menjadi landasan ketika saya memberi persaksian di dalam bilik suara pada Rabu lalu dan di masa mendatang. 

Sedangkan bagi orang lain, belum tentu sama. Karena setiap manusia hidup dalam lingkungan masing-masing sesuai dengan ketetapan Allah. Mereka pun menyaksikan hal-hal berbeda, yang akan berbuah suatu kesaksian yang berbeda pula. 

Pastikan siapapun pilihan kita, sesuai dengan apa yang kita saksikan. Jangan menjadi saksi palsu, karena Rasulullah bersabda dalam hadist riwayat Bukhari dan Muslim bahwa kesaksian palsu adalah dosa besar setelah syirik kepada Allah, dan durhaka kepada orang tua.

Salam Hijrah. 
⏰ Waktunya bangun dan berubah dari tidur panjang kita!

* Tulisan Ustad Arafat ini diambil dari Telegran seizin Beliau dengan penyesuaian waktu.
×
Berita Terbaru Update