Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Bisnis Biro Haji Umrah dengan Hati

Thursday, February 28, 2019 | 08:02 WIB Last Updated 2019-02-28T01:02:52Z


foto: pixabay


HAJIMAKBUL.COM - Sejumlah teman sukses bisnis biro - travel haji dan umrah. Mereka orang-orang yang amanah. Mencari rezeki melalui bisnis biro perjalanan haji dan umrah tentu tidak salah. Malah dianjurkan bagi ahlinya. Dan banyak yang berhasil.

Sukses membangun bisnis ini dengan benar dan besar. Tidak ada niat tipu-tipu, maaf, seperti yang sudah terjadi, ada bos biro perjalanan haji dan umrah menipu jamaahnya sendiri hingga miliaran rupiah. Naudzubillah. Sungguh keterlaluan. Sungguh tersesat jalan.

Padahal bisnis bila dilakukan dengan hati, seperti dikatakan Dirut ATRIA, Pak Zainal Abidin, pasti sukses. Tentu tidak bisa langsung besar sebab semua bisnis butuh proses. Tidak ada kata instans dalam hal apa pun, kecuali sim salabim, yang ujungnya tipu-tipu. Jalan tipu-tipu arahnya jelas kesesatan. Jalan yang ditunjukkan setan.

Jadi, bisnis biro perjalanan haji dan umrah harus dimulai dengan niat ibadah. Menolong calon jamaah haji dan umrah, yang jumlahnya sangat banyak itu. Banyak yang sudah tua lagi.

Ceruk pasar ini sangat besar, sehingga harus digarap dengan baik, benar, amanah, lillahita'ala. Tidak ada sedikit pun untuk berbuat cela di dalam prosesnya.

Namun, masalahnya, niat seringkali hanya di bibir. Tidak kuat menghunjam masuk ke sanubari. Dalam hati. Padahal ini wilayah hati. Bukan hanya si bibir.

Niat adalah fondasi. Akar tunjang yang membuat ibadah dan bisnis kita kokoh meski dihadang badai cobaan berat tapi bergeming tak goyah. Dan cobaan itu, bisa jadi berupa keberhasilan. Sukses tapi dalam tanda petik. Sukses apa dulu? Sukses mengumpulkan jamaah dan uangnya!? Tapi gagal mendapat ridho Allah SWT.

Lihat sejumlah bos biro perjalanan haji dan umrah yang sekarang masuk penjara, mereka adalah orang yang justru diuji dengan kesuksesan mampu meraup duit banyak dari jamaah tapi kemudian diselewengkan untuk kepentingan perut dan syahwatnya sendiri. Bukan untuk jamaahnya. Sukses tanda petik.

Syarat selanjutnya adalah skill. Keahlian. Memiliki ilmunya. Tentu ilmu bisnis dalam mengelola perjalanan haji dan umrah. Ilmunya ada dua. Pertama, ilmu membangun perusahaan, yang harus ahli mulai dari perencanaan, kepemimpinan, keuangan, marketing, dan lain-lain, yang meski tidak harus canggih, tapi setidaknya tahu strategi yang benar. Keahlian detailnya bisa didelegasikan kepada anak buah atau staf. Memborong semua pekerjaan adalah keserakahan yang fatal bagi sebuah manajemen mengingat ada job description,  pendelegasian wewenang serta tugas.

Kedua, ilmu soal haji dan umrah. Ini juga kompleks. Selain soal ritual ibadah haji dan umrah, juga soal non-ibadah, seperti kondisi sosial budaya di tanah suci, keimigrasian, memahami karakter jamaah, melayani mereka dan lain-lain.

Seorang teman gagal membangun bisnis ini sebab dia tidak telaten dengan semua urusan yang njlimet itu. Belum lagi menangani anak buahnya ketika mengurus semua keperluan jamaan. Telaten dan sabar adalah syarat berikutnya. Telaten dan sabar juga bagian dari niat awal ketika membangun bisnis ini.

Menkeu Sri Mulyani saat bertemu para pengusaha Kadin, sempat memberi contoh sukses GoJek dan BukaLapak, yang rajin dan telaten mengurus masalah kecil wong cilik. Dalam biro haji dan umrah banyak contohnya. Nanti saya akan meliputnya untuk saya laporkan di website ini.

Sedang soal kegagalan, ada contoh teman saya. Hal itu  karena faktor tidak fokus di bisnis biro haji dan umrah. Alasannya, pertama, ibadah kok dibisniskan. Alasan ini kadang muncul bila seseorang mengalami komplikasi spiritual yakni ketika dia semakin dalam memahami masalah hubungannya dengan Allah SWT. 

Saat seseorang semakin rajin dan khusyuk beribadah, semakin banyak hal-hal yang dipertanyakan. Ya, semacam konflik batin. Ini bisa karena godaan setan tapi bisa pula karena hidayah. Jalan hidayah inilah yang harus kita syukuri. Sebaliknya jalan setan harus disikapi ekstra hati-hati. Alarm ruhani harus selalu aktif.

Yang jelas, ibadah tidak boleh dibisniskan bila murni untuk mengeruk keuntungan. Sebaliknya, mungkin sunnah dan malah wajib bagi yang mampu ibadah menolong jamaah.

Saat banyak jamaah tertipu, mereka sudah susah payah mengumpulkan uang dari memeras keringat demi bisa berhaji atau umrah, lalu mereka gagal ke tanah suci, bagi jamaahnya sendiri adalah ujian atau cobaan. Namun bagi pihak lain yang sebenarnya mampu menolong mereka, itu adalah kewajiban. Siapa saja mereka ini?  Setidaknya teman saya yang jadi pejabat, owner biro haji umrah, pembimbing, dan mereka yang secara finansial dan skill bisa turun tangan terlibat menolong para tamu Allah tersebut. 


Kita sendiri tanpa terasa setiap hari telah berbisnis dengan Allah SWT, ketika beribadah mengharap pahala. Apa bisa kita seperti Rabiah Al Adawiyah? Sufi perempuan yang mashur itu?

Kedua, teman saya memiliki bisnis lain yang lebih banyak mendatangkan uang. Ini wajar. Namun, saya melihat perputaran dana di dunia haji dan umrah sangat besar, sehingga sayang bila akhirnya ada pihak lain yang ikut bermain di dalamnya. Misalnya, kan lucu banyak orang nonmuslim jadi saudagar oleh-oleh haji. Lucu bila ada biro haji umrah bosnya orang nasrani atau yahudi? Halo ..kemana saja kalian wahai para muslim? Misalnya begitu.

Selanjutnya mungkin perlu saya kutipkan materi Kang Tendi Murti yang ada di Channel WA: Ngopi Bareng Tendi 02. Begini katanya soal fokus dalam bisnis:

"Jika Anda kamu ingin menguasai everything, kamu malah menjadi nothing."

Begitu kira-kira nasihat mas Ippho di suatu hari. 

Ada yang ngerasa?

- Semua bisnis dicobain. Semua ingin diambil.

- Semua seminar diikutin tanpa jelas kemana arah tujuannya.

- Semua workshop diikutin tanpa tahu mau apa dengan workshop yang diikutinnya.

Ada peluang bisnis kuliner, langsung diambil. Tanpa pikir panjang kangsung dieksekusi.

Belum bisnis yang pertama aman, sudah langsung buka bisnis baru. Alasannya "Gue kan multi tasking." Padahal mah pesimis bisnis yang pertama sukses.🤣

Ada yang ngerasa kayak gitu? Nggak usah dijawab. 😂

Dulu, saya juga kayak gitu. Buka bisnis. Yang pertama belum aman dan belum menghasilkan, udah buka bisnis baru.

Itu yang di bilang mas Ippho. Kalau semuanya mau diembat, percaya saja kita nggak bakal kemana-mana. Bisnis kita cuma akan diam di tempat, ilmu kita akan terus nggak fokus.

Ketika saya fokuskan di tulisan (Di bisnis ini, dengan strategi yang tepat, bisnis cepat berkembang karena passion saya ditulisan). Berseliweran penawaran yang menjanjikan, saya skip dulu. Ntar dulu. Saya fokuskan ke KMO Indonesia. 

Hasilnya alhamdulillah, KMO Indonesia sudah berusia 4 tahunan. Bisa menghidupi sekitar 18 tim inti dan 1.500 an reseller 50-an agen yang dari KMO mereka bisa menghasilkan tambahan pemasukan.

Jadi kalo mau bangun bisnis, saran saya coba mulai satu dulu. Dari yang kita sukai.

"Kang ada yang bilang mulai bisnis dari riset siapa calon customer kita." 

Bener. Tapi akan lebih baik kalo bisnis kita adalah passion kita. Dan saya percaya setiap bisnis akan selalu ada customernya. PR kita, temukan mereka dan kawinkan dengan passion kita. Akur?

Begitu kata Kang Tendi Murti, owner KMO, yang sukses membangun bisnisnya. Dan tentu saya akur dengan sarannya.

(gatot susanto)
×
Berita Terbaru Update