Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Lagi Humor Kiai Hasyim: Anak NU Bisnis Travel Umroh

Sunday, March 19, 2017 | 16:50 WIB Last Updated 2017-03-22T23:44:14Z


SAAT ceramah KH Hasyim Muzadi suka guyon parikeno, menyentil jamaahnya. Sentilan sentilun itu otokritik bagi kalangan NU. Kritik untuk kalangan NU sendiri. Misalnya begini:




"Saya senang sekarang banyak anak-anak NU yang  belajar ke Arab Saudi. Tapi sayangnya kalau pulang tak jadi ulama, tapi malah berbisnis travel umrah..."

Gurauan Kiai Hasyim Muzadi yang lain seperti dikenang oleh mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD. Lagi-lagi menyentil orang NU. Dan kali ini Ansor: "Anak-anak Ansor sekarang hebat-hebat. Punya dua HP, tapi sayang tak bisa beli pulsa. Bolak-balik hanya missed call saja agar ditelepon balik."



Kisah Doktor takut istri

Kiai Hasyim bercerira tentang seorang temannya yang bertitel doktor namun bisa seketika tidak turun tingkat keilmuannya. Mulanya Kiai Hasyim bercerita soal banyak ilmu yang bermanfaat tapi juga banyak ilmu yang mubazir dikarenakan tidak bisa membedakan antara ilmu dan mas’uliyatul ilm (pertanggungjawaban ilmu).


“Saya punya teman doktor, wah kalau di universitas dia ditakuti karena killer, tapi kalau pulang dimarahi istrinya bisa bodoh mendadak,” ujar Kiai Hasyim langsung disambut tawa hadirin.

“Nah ternyata ini guyon tapi betulan. Ilmu yang di otak itu akan goncang ketika ada goncangan dalam hati seseorang,” kata Kiai Hasyim.

Soal Qunut dan Tidak Solat

Kiai Hasyim bercerita saat ini seorang berilmu harus diuji keilmuannya di masyarakat karena masa di mana seorang menuntut ilmu atau belajar boleh jadi berubah dengan cepat dengan masa di mana penuntut ilmu mengaplikasikan ilmunya di masyarakat.

“Masyarakat adalah alat uji yang paling muktabar di dalam keilmuan, jangan marah-marah terhadap masyarakat karena ilmunya tidak dimengerti masyarakat,” kata Kiai Hasyim.

Ketika itu Kiai Hasyim masih mondok di Pondok Gontor. Beliau mengungkapkan,

“Masyarakat kita saat ini berbeda waktu sugengnya Trimurti (Tiga orang pendiri Pondok Gontor), waktu saya masih mondok di sini keadaan masyarakat itu sederhana. Masyarakat itu ada dua, kalau ndak NU ya Muhammadiyah. Ini mau besanan saja takut, takut tidak mendapat barokah dari masing-masing golongannya. Selisih sedikit saja ribut,”

“Masing-masing ribut, satu qunut (saat solat Subuh), satu tidak qunut. Padahal di kitabnya orang NU ada qunutnya, ada tidak qunutnya,” katanya.

“Alhamdulilah sekarang ini sudah tidak ribut, karena sudah tidak solat subuh,” Sontak saja jamaah langsung Gerrr.


Cerita Beda Hari Raya

Dulu, kata Kiai Hasyim, beda hari raya itu berkelahi.  Padahal selisih NU dan Muhammadiyah itu beda tanggalnya bukan solatnya. “Kenapa tanggalnya gak sama? Ya ngitungnya gak sama,” kata Kiai Hasyim.

Kiai Hasyim bercerita ketika semasa masih menjabat Ketum PBNU di masa pemerintahan SBY. Ketika itu Ketum Muhammadiyah Din Syamsuddin dan Kiai Hasyim dipanggil untuk bertemu Pak JK.

“Saya diundang sama Pak JK (Jusuf Kalla), beliau marah-marah, ini gimana nggak bisa jadi satu NU dan MUhammadiyah hari rayanya. Repot masyarakat kalo begini,” cerita Kiai Hasyim.

“Saya tanya, caranya bagaimana, pak?” kata Kiai Hasyim.

“Ya, kompromi lah,” jawab JK. “Bagaimana kalau Muhammadiyah turun satu derajat, NU naik sedikit,” ceritanya, mengutip JK.

“Oh kalo gitu langsung cash and carry saja, pak...” kata Kiai Hasyim tertawa mendengar pandangan JK. “Ini fiqhnya pedagangnya ya gini ini,” guyon Kiai Hasyim.

“Saya bilang ndak bisa begitu pak,” cerita Kiai Hasyim.

“Lha terus yang bisa bagaimana?” tanya Pak JK.

“Yang bisa itu (buat) pengertian seluruh umat Islam bahwa perbedaan (Hari Raya) itu terbuka dan memang ada. Yang kedua, ini tidak mengada-ada karena solatnya sama, tanggalnya tidak sama. Wong hari di sini dengan di Amerika saja tidak sama kok,” ujar Kiai Hasyim lagi.

Sejajar dengan Gus Dur

Begitulah Kiai Hasyim. Ceramahnya segar dan aktual. Kadang kritik, nyemoni, siapa pun bisa kena kritiknya, tak peduli presiden atau wakil presiden, dia mengritiknya dengan benar dan bernas. Wajar bila Kiai Hasyim disejajarkan dengan Gus Dur.

"Saya senang kalau Pak Hasyim ketemu Gus Dur dan saling tukar humor saja.   Itu sangat menyenangkan bagi saya dan saya ikut tertawa,” tutur Mahfud MD, Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi yang juga tokoh Nahdlatul Ulama (NU). *
×
Berita Terbaru Update