Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Cobaan Berat Berhaji Akbar II

Wednesday, March 29, 2017 | 21:08 WIB Last Updated 2017-03-29T14:08:17Z


SEHABIS berhaji akbar cobaan dihadapi dua haji dengan sangat berat. Salah seorang mengaku menghadapi masalah yang pelik dengan istrinya. Belum lagi anaknya yang tiba-tiba sakit parah.



"Istri saya ibadahnya sangat bagus. Rajin membaca Al Quran. Suka mendengar acara pengajian. Tapi entah, kalau sama saya, sangat sangat berani. Suka melawan. Bahkan saya seperti tidak punya istri saja, apa-apa saya kerjakan sendiri di rumah," katanya.

Pernah suatu ketika dia membeli pepaya pada suami istri PKL di dekat rumahnya di Sidoarjo. Kepada pria penjual pepaya saya bilang agak cepat sebab dia akan segera pulang mencuci pakaiannya sendiri dan anak-anak. Sambil bicara ketus penjual pepaya bilang,"Kalo saya pak mencuci pakaian itu tugas istri. Kalo istri gak mau nyuci, ya saya ginikan...." Pria itu berkata guyonan sambil bercanda mengepalkan tangannya melihat istrinya yang tersenyum di sampingnya.

Tapi pak haji ini malah tersentak. Betapa tidak, penjual pepaya saja punya ketegasan sebagai suami, sementara dirinya hidup sebagai suami takut istri, padahal dia termasuk sukses sebagai pengusaha. Kekayaan juga melimpah. Soal sukses dan kekayaan, pak haji ini pernah disindir teman-temannya seperti raja midas, yang setiap benda disentuhnya berubah jadi emas.

Pak haji ini selalu berhasil setiap kali membuat acara. Pengajuan program yang dilakukannya selalu  berhasil dengan keuntungan yang banyak. "Kalo soal rejeki saya tidak tahu, seperti diberi terus sama  Tuhan. Tapi di sisi lain, ada saja cobaan, yang kadang sangat berat. Tapi sekarang saya lebih bersabar, lebih tawakal," katanya.

Selain istrinya yang killer, pak haji ini juga menghadapi godaan berat terkait anak bungsunya yang sakit. Dan itu butuh biaya yang sangat besar. Butuh ketelatenan. Yang lebih berat, istrinya seolah tidak mau tahu soal merawat anaknya yang sakit ini sehingga pak haji sendiri yang harus pontang panting membagi waktu antara mencari uang dan mengurus kantor dan merawat putrinya yang sakit.

Sang putri karena sejak kecil selalu bersamanya, jadi tergantung pada sang ayah. Sebaliknya tidak dekat dengan sang ibu. Sampai sekarang pak haji ini masih harus mengantar anaknya itu ke sekolah, melakukan terapi, dan mengajaknya jalan-jalan. Ini tugas wajib sebagai ayah.

Tugas wajib sebagai bos di perusahaan juga harus dilakukan, yakni mencari uang agar roda perusahaan jalan terus dan gaji karyawan lancar tiap bulan. Dan alhamdulillah sejauh ini tugas-tugas itu bisa dia laksanakan dengan baik. Bahkan tugas-tugas remeh temeh di kantor juga masih dia kerjakan.

"Saya sehat justru karena bekerja ini. Tapi kadang sangat lelah sekali. Secara umum, kadang aku berpikir, hidup ini mencari apa? Saya kadang down kalo anak saya putus asa, merasa sakitnya tak tersembuhkan. Saya kadang  berguru pada anak saya itu kalo bicara kesabaran," katanya.

"Tapi alhamdulillah, mamanya sudah mau berhenti kerja. Dia sekarang lebih banyak di rumah bersama anak anak," katanya.

Cobaan yang juga berat terkait perempuan lain yang dia cintai. Beberapa kali istrinya bentrok dengan wanita itu. Istrinya melabraknya. Begitu juga mantan suami wanita itu, meski selama ini tak pernah memberi nafkah padanya dan anak-anak mereka, tapi pria jahat itu masih saja ikut campur urusan sang mantan. Pak haji merasa dia justru membuat perempuan yang dicintainya ini menderita.

Mungkin itu jalan yang harus dia tempuh. Jalan berlumpur yang membuatnya belepotan dosa. Dosa padanya, dosa pada sang istri. Dalam doanya dia pasrah apa pun keputusan Allah atas cintanya ini. 'Tapi kalo bisa ya diridhoi untuk berpoligami," katanya cengengesan. 'Diridhoi Allah, direstui istri. Saya akan janji adil," katanya lagi-lagi dengan cengengesan.

Hubungan pak haji ini dengan perempuan itu memang bagai tom and jerry. Keduanya kadang mesra. Sesekali jalan-jalan, makan di restoran, atau ikut acara-acara para teman lain. Perhatian pak haji padanya sudah seperti suami istri. Yang mengagumkan, pak haji sama sekali tidak ingin menyentuhnya seperti nafsu pria terhadap wanita.

"Saya bukan sombong, tapi untuk yang satu itu, yang diharamkan oleh agama, saya jaga betul. Saya jaga kehormatan dirinya dan diri saya sendiri. Mungkin orang lain sudah biasa dengan gaya hidup bebas, apalagi punya uang banyak, tapi saya tidak. Saya teguh memegang ajaran agama," katanya.


Semoga Allah memberikan jalan terbaik, memberi solusi yang melegakan semua pihak. Amin.
Pelajaran yang bisa dipetik dari kisah pak haji ini adalah bahwa cobaan selalu diberikan oleh Allah SWT untuk menguji umatnya, untuk menaikkan grade, menuju lavel kemuliaan. Tanpa cobaan, tanpa ujian, tentu tak ada kenaikan kelas.

Tapi ada juga cobaan yang beriringan dengan pemberian keberuntungan. Pak haji selama ini selalu sukses. Selain karena bekerja keras, tentu karena rejeki yang memang diberikan oleh Allah SWT. Sebagai pengusaha, pak haji terkesan pelit sebab detail dan jeli dalam mengeluarkan uang, khususnya saat memberi pinjaman. Semisal kepada temannya pinjaman harus disertau akad dan kwitansi. Tapi begitulah yang benar, agar bila ada sengketa, ada bukti nyata. Yang jelas pak haji ringan tangan membantu saudara dan temannya. *










 





×
Berita Terbaru Update