Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Matematika Syawal Ala Ustad Arafat: Memahami Arti Kesinambungan Perintah dalam Puasa Ramadhan - Puasa Syawal dan Haji - Umrah

Wednesday, May 17, 2023 | 10:12 WIB Last Updated 2023-05-17T03:12:02Z
USTADZ ARAFAT


SEJUMLAH ustad melakukan dakwah dengan kreatif. Salah satunya Ustadz Arafat. Beliau memperkenalkan misalnya Teka Teki Rasulullah SAW. Diksi "Teka Teki" menarik para audiensnya mengingat memang banyak rahasia yang belum diungkap dan belum pula diamalkan oleh umat Rasulullah SAW. Maka, menjadi umat Nabi SAW juga harus kreatif agar bisa menyelami dan mengamalkan dengan cara berperilaku ala Nabi SAW. 


Selain itu dalam kajian mingguannya, Ustat Arafat memperkenalkan Matematika Syawal karena sekarang masih di bulan Syawal. Seperti dilihat dalan KAJIAN MINGGUAN: Matematika Syawal, Keistimewaan Umat Rasulullah yang tayang di channel Beliau, seperti dilihat Rabu (17/5/2023), Ustadz Arafat menjelaskan rahasia yang ada di hadis dan ayat Al Quran soal pentingnya kesinambungan dalam beribadah. Keberlanjutan. Sustainable. Istiqomah. Dan itu ada matematikanya. Ada hitung-hitungannya. 


Ustad Arafat mengutip Hadist Rasulullah SAW terkait Puasa Syawal 6 hari dan keutamaan mengerjakannya setelah bulan Ramadhan. 



مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ


Artinya:


"Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh (360 hari)," (HR Muslim).



Ada tiga komponen dalam hadist itu. Yakni puasa Ramadhan 30 hari atau 29 hari, kedua ditambah 6 hari puasa Syawal, dan ketiga pahalanya setara dengan puasa 360 hari atau setahun. Jadi matematikanya kalau puasa 30 hari x puasa 6 hari = sama dengan puasa 360 hari.


Matematika ini menyimpan rahasia. Hikmah. Rasulullah SAW menggabungkan puasa Ramadhan dengan puasa Syawal bukan tanpa hikmah. Beliau ingin memberi pelajaran kepada umatnya betapa pentingnya kesinambungan. Ada penekanan agar kita dalam beribadah atau kegiatan positif lain ada kontinuitas. Bila kita selesai mengerjakan sesuatu persoalan yang baik jangan tinggalkan sama sekali saat sudah selesai tapi kerjakan lagi meski dalam porsi yang sedikit. Puasa Ramadhan misalnya perlu keberlanjutan dengan puasa di bulan atau hari-hari lain. Tidak lagi 30 tapi cukup 6 saja. Kenapa? Ya, karena bukan soal banyak atau sedikitnya tapi soal kesinambungan tadi, sebab ketika bersambung atau rutin hal itu menjadi sesuatu yang dicintai oleh Allah SWT sehingga Allah SWT akan memberi bonus yang banyak. Jadi pahalanya pun dilipatgandakan menjadi seperti puasa 360 hari. 



Rutinitas melakukan kegiatan yang baik dengan niat hanya karena Allah SWT pasti pahalanya dilipatgandakan oleh Allah SWT.



Selain puasa, hikmah soal kesinambungan ini juga ada pada ibadah haji di mana di dalamnya ada ibadah umrah. Dalam Al Baqarah ayat 196 Allah SWT menjelaskan hal itu, 

sempurnakan ibadah haji dan umrah semata mata karena Allah


QS. Al-Baqarah Ayat 196:



وَاَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلّٰهِ ۗ فَاِنْ اُحْصِرْتُمْ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِۚ وَلَا تَحْلِقُوْا رُءُوْسَكُمْ حَتّٰى يَبْلُغَ الْهَدْيُ مَحِلَّهٗ ۗ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ بِهٖٓ اَذًى مِّنْ رَّأْسِهٖ فَفِدْيَةٌ مِّنْ صِيَامٍ اَوْ صَدَقَةٍ اَوْ نُسُكٍ ۚ فَاِذَآ اَمِنْتُمْ ۗ فَمَنْ تَمَتَّعَ بِالْعُمْرَةِ اِلَى الْحَجِّ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِۚ فَمَنْ لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلٰثَةِ اَيَّامٍ فِى الْحَجِّ

وَسَبْعَةٍ اِذَا رَجَعْتُمْ ۗ تِلْكَ عَشَرَةٌ كَامِلَةٌ ۗذٰلِكَ لِمَنْ لَّمْ يَكُنْ اَهْلُهٗ حَاضِرِى الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ ࣖ


Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah. Tetapi jika kamu terkepung (oleh musuh), maka (sembelihlah) hadyu yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum hadyu sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada di antara kamu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu dia bercukur), maka dia wajib berfidyah, yaitu berpuasa, bersedekah atau berkurban. Apabila kamu dalam keadaan aman, maka barangsiapa mengerjakan umrah sebelum haji, dia (wajib menyembelih) hadyu yang mudah didapat. Tetapi jika dia tidak mendapatkannya, maka dia (wajib) berpuasa tiga hari dalam (musim) haji dan tujuh (hari) setelah kamu kembali. Itu seluruhnya sepuluh (hari). Demikian itu, bagi orang yang keluarganya tidak ada (tinggal) di sekitar Masjidil Haram. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras hukuman-Nya.


Allah memberikan ilmu hitung-hitungan yang dahsyat. Ilmu itu kemudian diberi nama Matematika.


SIMAK VIDEO KAJIAN USTADZ ARAFAT:




×
Berita Terbaru Update