Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Zionis Masuk Masjid Nabawi, Ben Tzion Menyamar Jadi Muslim?

Sunday, July 21, 2019 | 20:00 WIB Last Updated 2019-07-21T13:00:59Z


Ini selingan di  antara berita-berita haji  dari Tanah Suci. Selain "Orang Kristen Naik Haji" yang diambil dari buku dengan judul yang sama, ada pula Zionis alias orang Yahudi Israel memasuki kota suci. Bahkan masuk Masjid Nabawi. Berikut kisahnya:

HAJIMAKBUL.COM -  Blogger Israel bernama Ben Tzion  tiba-tiba bikin heboh. Beberapa tahun lalu dia dikabarkan memasuki Masjid Nabawi di Kota Madinah. Padahal nonmuslim dilarang memasuki kota suci, apalagi ke Masjid Nabawi.

Lebih dari itu, Ben juga mengunggah foto dirinya berada di Masjid Nabawi di media sosialnya sehingga memantik kemarahan para warganet, khususnya umat Islam, baik di Instagram, Facebook, maupun Twitter. Pria Yahudi kelahiran Rusia itu pun banjir kecaman.

BBC melaporkan, tagar berbahasa Arab #SeorangZionisDiMasjidNabi muncul lebih dari 90.000 kali di Twitter. Begitu pula tagar #Zionist" dan #ZionisDiMasjidNabi dalam bahasa Inggris. 

Akun @ibn_shabbir misalnya mencuit,   bahwa dirinya terkejut mengetahui bahwa Ben Tzion, yang seorang Zionis, tidak hanya memasuki kota Madinah dengan menyamar sebagai seorang Muslim tapi juga memasuki Masjid Nabawi. 

"Semoga Allah melindungi semua masjid dan membebaskan wilayah ini dari tirani," katanya.


Mengapa Ben dikecam? 

Seperti diberitakan tirto.id, hal ini karena ada  larangan non-Muslim memasuki wilayah suci seperti Makkah dan Madinah. Larangan itu bukan hanya dari Kerajaan Arab Saudi tapi juga langsung dari Allah SWT.
Khusus untuk Madinah, memang wilayah itu sekarang mulai membuka diri bagi non-Muslim. Hal ini karena adanya program Knowledge Economic City (KEC) yang menjadikan Madinah sebagai “smart city" pertama di Arab Saudi.


Namun demikian istilah membuka diri itu tidak berlaku untuk Masjid Nabawi. Kawasan Masjid Suci Nabawi tetap tertutup bagi non-Muslim. Sampai kapan pun.

Larangan nonmuslim masuk ke Makkah dan Madinah bukan didasarkan pada otoritas politik setempat. Memang, kesannya selama ini larangan datang dari pemerintah Arab Saudi. Padahal bukan hanya itu, sebab larangan juga atas perintah Allah SWT.


Pelarangan itu mulai berlaku pada tahun 9 Hijriyah (629 M) didasarkan pada Surat at-Taubah ayat 28 yang berbunyi:

"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidil Haram sesudah tahun ini."  Tahun yang dimaksud adalah garis demarkasi bahwa kota suci itu haram bagi nonmuslim.

Tahun sebelumnya, non-muslim memang masih diperbolehkan masuk. Namun dinamika politik di era Nabi SAW membuat aturan itu diperketat sebab selama ini nonmuslim sudah sangat keterlaluan dalam memusuhi Islam padahal Nabi SAW sudah sangat bersabar. Sudah sangat  toleran.

Nabi Muhammad SAW memutuskan untuk hijrah ke Madinah dari kota Makkah pada 622 M. Beliau mendapat sambutan meriah dari penduduk Madinah, sehingga memungkinkan leluasa berdakwah.

 Pada tahun 629 M, Nabi Muhammad kembali ke tanah kelahirannya. Beliau  berhasil merebut Makkah dari lawan-lawan politiknya kaum kafir musrikin. Sekitar tahun yang sama, lahirlah sebuah peraturan yang melarang non-muslim menginjakkan kaki di Makkah. 

Namun kemudian argumen untuk pembatasan tersebut cenderung bersifat praktis. Bukan  masalah teologis. Yang sering muncul, misalnya pembatasan akses ke kota-kota suci ini dimaksudkan untuk menjaga ketenangan ibadah umat Muslim, di samping memelihara kesucian kota. 


Hal itu tak lepas dari kehadiran jutaan umat Islam di kota-kota suci tersebut sepanjang tahun. Seandainya turis diizinkan masuk maka macet pun bertambah dan mengurangi ketenangan beribadah. Ini anggapan umum kaum nonmuslim yang melihat sesuatu hanya dari sisi realitas yang terlihat mata saja. Namun akhirnya mereka tahu bahwa alasannya bukan sekadar soal kemacetan saja.

Seperti diungkap dalam sebuah kolom di New York Times berjudul "Pilgrim Non Grata in Mecca", Maureen Down mengungkapkan bahwa masjid di Makkah dan di Madinah adalah kasus khusus. "Tertulis dalam kitab suci [al-Quran] bahwa hanya muslim yang diperbolehkan memasuki Makkah karena di masa lalu pernah terjadi penodaan terhadap masjid di Makkah." 

Karena itu dua wilayah suci ini adalah pengecualian. Masjid-masjid lainnya di Arab Saudi dapat dimasuki oleh non-muslim. Tapi bahkan jika ada yang melarang atau mencegah Anda memasuki Masjidil Haram, Anda dapat menemui seorang emir setempat dan meminta izin untuk masuk. Namun karena ada larangan Tuhan, tentu tidak mungkin hal itu dilakukan.

Hal ini pula yang membuat nonmuslim yang berjiwa petualang makin penasaran. 

Sebelum Ben Tzion, terdapat sejumlah kasus orang-orang non-muslim yang menyelinap ke Makkah. Bahkan sampai masuk Masjidil Haram. 

Pada 1503, misalnya, pelancong Italia Ludovico di Varthema masuk ke Masjidill Haram sebagai pendamping rombongan haji. Pada 1853, diplomat Inggris Sir Richard Burton yang sedang melakukan studi tentang masyarakat Islam, berpura-pura masuk Islam dan melakukan khitan supaya bisa melakukan ibadah haji.  


Hal itu semakin heboh bila orang Zionis yang melakukannya. Ben Tzion dikecam oleh warganet karena hingga saat ini pemegang paspor Israel masih dilarang masuk wilayah Arab Saudi. Bahkan ada 16 negara yang hingga saat ini menolak kehadiran warga Israel.


Namun  Tzion bisa menerobos larangan itu. Dia tak hanya memasuki kawasan suci umat Islam di Arab Saudi. Ia mengaku telah melancong ke tempat-tempat suci muslim lainnya di Iran, Lebanon dan Yordania. Padahal Iran dan Lebanon adalah dua dari 16 negara yang juga menutup akses bagi warga Israel. 


Berbagai spekulasi pun bermunculan. Ada yang beranggapan jika Tzion masuk Arab Saudi, Iran dan Lebanon dengan cara ilegal. Namun Tzion menepis anggapan itu dan mengaku bahwa berpaspor ganda sehingga bisa masuk secara legal ke Arab Saudi dan sejumlah negara lainnya.

Di Saudi, Tzion mengaku bahwa dirinya diterima dengan sangat ramah oleh umat Muslim setempat meski mereka mengetahui bahwa dirinya adalah seorang Zionis, namun tanggapan berbeda ia terima dari jejaring media sosial yang terus mengecam tindakannya.

"Tak seorang pun di negara-negara Arab pernah mendekati saya dengan rasa permusuhan. Mereka mengatakan kepada saya bahwa mereka mencintai Israel dan orang-orang Yahudi." Pengakuan semacam ini sering dilontarkan agar dia aman dan selamat. (Tid)


×
Berita Terbaru Update