Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Beda Rakaat Salat Taraweh Biasa, yang Luar Biasa Salat Tercepat Sedunia

Sunday, May 12, 2019 | 00:07 WIB Last Updated 2019-05-11T17:07:33Z
Salat Taraweh kilat di musala Padepokan Anti Galau.

Video Salat Taraweh di Masjid Al Akbar Surabaya: 8 rakaat atau 20 rakaat plus witir 3 rakaat.


HAJIMAKBUL.COM - Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Lain guru lain pula ajarannya. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan keberagaman. Itu sunnatullah. Tidak bisa saling menyalahkan. Tidak juga boleh merasa benar. Yang boleh adalah berdiskusi dengan argumentasi keilmuan. Bila tidak juga ketemu, kembalikan kepada kepercayaan dan keyakinan kita masing-masing.

Hal itu pula yang terjadi pada pemahaman agama. Termasuk dalam salat taraweh di Bulan Ramadhan ini.  Polemik sempat terjadi menyangkut salat 8 rakaat atau 20 rakaat. Saat saya melakukan salat taraweh di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya Kamis 9 Mei 2019 lalu, saya melihat keragaman itu. Pertama imam salat taraweh  8 rakaat, setelah itu jeda untuk membaca doa atau yang lain. 




Hal ini biasanya dilakukan oleh imam salat taraweh 20 rakaat sebelum memulai salat witir. Namun, di Masjid Al Akbar juga dilakukan pada saat selesai 8 rakaat. Selanjutnya imam memimpin salat taraweh lagi dengan melanjutkan 12 rakaat hingga menjadi 20 rakaat ditambah witir tiga rakaat. 

Namun yang berbeda memang jamaahnya jauh lebih sedikit. Hal ini karena jamaah melihat sisi praktisnya mengingat jamaah masjid agung ini banyak wisatawan dari luar kota. Mereka lalu beristirahat. Sebagian lagi membaca Al Quran. Ada pula yang bermain bersama anak-anaknya di halaman depan masjid. Mungkin sebagian lagi belanja di bazar yang ada di halaman depan masjid dan di kantor PWNU Jatim, yang lokasinya juga tidak jauh dari masjid agung ini. 

"Inilah mengapa nama masjid ini Masjid Nasional Al Akbar, karena yang salat di sini nasionalis dari semua kalangan," kata Ustad Nur Fakih, seusai salat 20 rakaat di masjid tersebut. "Imamnya bagus, bacaan ayat-ayat al Qurannya merdu, tidak terlalu panjang, jadi sebenarnya meski 20 rakaat tidak lama," kata Ustad Nur Fakih, yang juga takmir Masjid Agung Gresik ini.





Salat Taraweh "Kilat"


Salat Taraweh ini lebih "unik" lagi sebab dilakukan dengan sangat cepat padahal 23 rakaat. Hal itu bisa dilihat di masjid Pondok Pesantren Mambaul Hikam yang terletak di Desa Mantenan, Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar. Tradisi jamaah di sini melaksanakan salat taraweh dan witir super cepat. Hanya sekitar 10 menit. Namun ini khusus salat taraweh dan witir saja. Salat lima waktu tetap seperti biasanya.

Masjid di pondok Pesantren ini pun dibanjiri ratusan jamaah. Bukan hanya santri atau warga sekitar, tapi ada juga dari warga desa lain. Mereka suka taraweh di sini karena cepatnya itu hehehe. "Hemat waktu," kata M. sholeh, warga tetangga desa.

Menurut pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Hikam, KH Dliya'uddin Azzamzammi, tradisi salat tarawih cepat di pondoknya sudah berlangsung selama satu abad lebih. Ya, sejak kakeknya menjadi pengasuh Pondok Pesantren tersebut.




"Tujuannya untuk menarik minat warga sebab saat itu banyak warga enggan ikut salat taraweh, karena siangnya bekerja sehingga badannya capek dan penat. Sehingga dengan teraweh cepat ini, membuat para jamaah menjadi tertarik untuk datang ke masjid dan ikut melaksanakan salat taraweh," katanya.

Meski demikian, rukun atau syarat salat sudah sesuai syariat Islam. "Karena tuma'ninah dalam salat adalah, adanya waktu jeda untuk kita melafalkan Subhanallah baik secara lisan maupun dalam hati," tambah KH Dliya'uddin Azzamzammi.

Pondok Pesantren Salafiyah Mambaul Hikam mempunyai sekitar 1.000 lebih santri putra-putri dari berbagai daerah. Bahkan banyak juga dari luar Jawa, seperti Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan.

Dan Pondok Pesantren Mambaul Hikam bukan yang tercepat sebab masih ada lagi yang lebih cepat. Tradisi unik itu dilakukan warga di Desa Sinarrancang, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Setiap bulan suci Ramadhan masyarakat setempat menunaikan salat Taraweh lebih cepat ketimbang di Blitar. Di sini salat 23 rakaat diselesaikan hanya dalam waktu 7 hingga 8 menit.

Salat taraweh itu dilakukan di musala Padepokan Anti Galau Yayasan Albusthomi. Jumlah rakaat salat Taraweh kilat itu sebanyak 20 rakaat, kemudian dilanjutkan salat Witir sebanyak 3 rakaat. Setiap dua rakaat salat taraweh ternyata memakan waktu kurang dari satu menit.




Ketua Padepokan Anti Galau Yayasan Al Busthomi YHM Ujang Bustomi menjadi imam salat Taraweh cepat. Sementara untuk salat Witir, gerakan salatnya sama seperti pada umumnya. 

Ujang Bustomi mengatakan salat Taraweh super kilat itu sudah menjadi tradisi di padepokannya selama bertahun-tahun. Dalam salat Taraweh dengan gerakan cepat tersebut, sejatinya terselip ajakan kepada masyarakat agar tidak malas menjalankan salat sunah Taraweh sebanyak 20 rakaat, ditambah 3 rakaat Witir.

"Salat Taraweh cepat ini agar masyarakat senang mengikuti salat (Taraweh). Karena kan banyak juga yang kurang senang, karena lama. Minimalnya mereka mau diajak salat dulu," kata Ujang Bustomi, seperti dikutip dari detikcom, Sabtu (11/5/2019) malam.

Menurut Ujang Bustomi, tidak ada yang berbeda dalam bacaan dan gerakan salat Taraweh. Namun, lanjut dia, cara membaca dan gerakan salatnya lebih cepat dibandingkan dengan salat Taraweh di tempat lain. "Lebih cepat saja gerakannya. Kurang dari 10 menit, sekitar 7 sampai 8 menit," ucapnya.

Ia tak menampik muncul pro dan kontra terkait tradisi salat Taraweh kilat di padepokannya. Ujang Bustomi mengaku siap mempertanggungjawabkan apa yang telah dilakukannya.




"Minimal mereka sudah nyaman untuk salat. Kalau khusyuk, itu mereka yang belajar sendiri-sendiri. Saya siap mempertanggungjawabkannya," tutur Ujang Bustomi.

Di tempat yang sama, Kepala Desa Sinarrancang Bandi mengaku rutin melaksanakan salat Taraweh kilat di musala Padepokan Anti Galau. Menurut Bandi, gerakan salat yang kilat itu mengundang perhatian masyarakat untuk melaksanakan salat Taraweh.

"Sudah tahunan, banyak yang memburu ke sini. Karena salat Tarawehnya tidak lama. Cuma tujuh menitan selesai," kata Bandi seusai salat Taraweh.

Padepokan ini terkenal bukan hanya karena salat tarawehnya super kilat tapi juga karena menjadi tempat "penyembuhan" para caleg yang gagal lalu stres. Karena itu setiap tahun politik, Padepokan Anti Galau membuka pelayanan khusus bagi para caleg yang depresi. Saat ini sedikitnya sudah ada empat caleg yang berkunjung ke Padepokan Anti Galau.

"Sudah ada caleg yang datang ke sini. Mayoritas memang depresi karena gagal," kata Ustaz Ujang Bustomi selaku Pimpinan Padepokan Anti Galau Yayasan Al Busthomi. 

Ujang menyediakan sejumlah fasilitas untuk caleg depresi, seperti kamar khusus untuk menginap dan menenangkan diri. Ujang hanya menggunakan pendekatan spiritualitas terhadap caleg yang depresi.

"Ada kamar VIP, bagi mereka (caleg) yang tidak ingin dipublikasikan atau dilihat orang-orang. Kita siapkan kamar-kamar di sini," katanya.

Yang unik, Ujang memiliki ritual khusus bagi pasiennya yang ingin mendapatkan ketenangan. Ujang selalu memandikan pasiennya dengan air kembang. Tapi mandi kembang ini hanya media saja agar mereka lebih tenang dengan wewangian itu. 

"Kita juga bacakan ayat-ayat suci agar batinnya lebih tenang, kita doakan dan kita suruh mereka untuk berzikir. Mendekatkan diri kepada Allah," ucap Ujang yang juga menjabat sebagai Ketua GP Ansor Kabupaten Cirebon. 

(huda sabily/gatot susanto)



×
Berita Terbaru Update